Sumber foto: Canva

Sejarah di Balik Warna Merah pada Karpet "Red Carpet"

Tanggal: 21 Jul 2025 11:02 wib.
Begitu melihat karpet merah terhampar, pikiran kita langsung melayang pada kemewahan, glamor, dan sosok-sosok penting. Dari ajang penghargaan film bergengsi, acara kenegaraan, hingga pernikahan bangsawan, karpet merah selalu hadir sebagai simbol status dan kehormatan. Tapi, pernah enggak kita bertanya, kenapa harus warna merah? Apa ada cerita khusus di balik pemilihan warna itu? Ternyata, penggunaan karpet merah punya sejarah panjang dan akar makna yang dalam, jauh sebelum Hollywood mengenalnya.

Jejak Awal Karpet Merah: Kekuasaan dan Keagungan

Penggunaan karpet merah sebagai tanda kehormatan bisa ditarik jauh ke masa lampau. Salah satu catatan paling awal datang dari literatur Yunani kuno, tepatnya dalam drama Agamemnon karya Aeschylus yang ditulis pada tahun 458 SM. Dalam kisah tersebut, Clytemnestra, istri Raja Agamemnon, menyambut suaminya kembali dari Perang Troya dengan membentangkan kain berwarna merah. Tujuannya jelas: untuk menghormati Agamemnon sebagai pahlawan perang dan raja, sebuah perlakuan yang dikhususkan bagi dewa-dewa. Agamemnon sendiri awalnya ragu untuk berjalan di atas kain merah tersebut karena merasa tidak pantas, menganggap itu sebagai tindakan yang hanya layak bagi dewa. Ini menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun lalu, warna merah sudah diasosiasikan dengan kemuliaan, status dewa, dan kemewahan yang luar biasa. Kain merah ini bukan sembarang barang; pewarna merah pada masa itu, terutama yang cerah dan tahan lama, sangatlah mahal dan sulit didapatkan. Pigmen merah seringkali berasal dari serangga langka atau mineral berharga, menjadikannya simbol kekayaan ekstrem.

Simbol Status Bangsawan dan Rohani

Seiring berjalannya waktu, penggunaan karpet atau jalur merah terus berkembang dan menjadi simbol eksklusivitas. Di era Abad Pertengahan hingga Renaisans Eropa, warna merah kerap diasosiasikan dengan kekuasaan raja, bangsawan, dan hierarki gereja. Kardinal Katolik, misalnya, identik dengan jubah merah, melambangkan darah Kristus dan pengorbanan, tetapi juga otoritas tinggi. Para bangsawan akan menggunakan kain atau permadani merah di istana mereka untuk menunjukkan kekayaan dan status sosial yang tak tertandingi.

Ketika tamu-tamu penting atau pejabat tinggi berkunjung, jalur merah kadang dibentangkan sebagai penyambutan istimewa. Ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga tentang memberikan privilege atau hak istimewa untuk berjalan di atas jalur yang "bersih" dan "suci" dari keramaian atau tanah biasa. Praktik ini secara halus memisahkan mereka yang berkuasa atau penting dari kerumunan, menegaskan hierarki sosial. Penggunaan jalur merah menjadi semacam ritual yang menandai pentingnya suatu peristiwa atau kehadiran individu tertentu.

Evolusi ke Era Modern: Dari Rel Kereta Api ke Hollywood

Pada awal abad ke-20, penggunaan karpet merah mulai bergeser dan menjadi lebih populer di Amerika Serikat, terutama dalam konteks perjalanan dan acara publik. Salah satu tonggak penting adalah pada tahun 1902, ketika New York Central Railroad menggunakan karpet merah untuk memandu penumpang naik ke kereta api mewah mereka, 20th Century Limited. Kereta ini dikenal sebagai kereta api paling bergengsi pada masanya, dan karpet merah digunakan untuk memperlakukan penumpang "penting" dengan kehormatan khusus, seolah mereka adalah bangsawan yang menaiki kereta kerajaan. Ide ini kemudian diadopsi oleh hotel-hotel mewah dan gedung opera, menjadi standar untuk menyambut tamu-tamu istimewa.

Puncak popularitas dan asosiasi karpet merah dengan glamor modern tentu saja datang dari Hollywood. Pada tahun 1922, karpet merah pertama kali digunakan pada pemutaran perdana film Robin Hood di Grauman's Egyptian Theatre, Los Angeles. Namun, yang benar-benar mempopulerkannya secara global adalah Academy Awards (Oscar). Sejak 1961, karpet merah menjadi ciri khas acara Oscar, yang setiap tahunnya menarik jutaan pasang mata di seluruh dunia. Para selebriti berjalan di atasnya, memamerkan busana mereka, dan menjadi pusat perhatian. Sejak saat itu, "karpet merah" menjadi istilah universal untuk menggambarkan acara formal yang melibatkan orang-orang terkenal dan penting.

Makna di Balik Warna dan Psikologi Visual

Pemilihan warna merah itu sendiri bukan kebetulan. Merah adalah warna yang secara psikologis diasosiasikan dengan kekuatan, gairah, energi, keberanian, dan kemewahan. Dalam konteks visual, merah adalah warna yang sangat menonjol dan menarik perhatian. Ia menciptakan kontras yang kuat dengan warna pakaian dan latar belakang, membuat objek atau individu yang berjalan di atasnya terlihat semakin menonjol dan agung. Warna ini juga memberikan kesan hangat dan mengundang, namun di saat yang sama juga menandakan batas eksklusif. Efek psikologis inilah yang membuat merah menjadi pilihan ideal untuk jalur kehormatan, memusatkan fokus dan memberikan aura keistimewaan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved