Sumber foto: Canva

Sejarah dan Filosofi di Balik Origami Jepang

Tanggal: 21 Jul 2025 11:01 wib.
Origami, seni melipat kertas tanpa memotong atau merekat, sudah jadi simbol budaya Jepang yang dikenal luas. Lebih dari sekadar mainan anak-anak, seni ini punya sejarah panjang dan filosofi mendalam yang membentuk nilai-nilai masyarakat Jepang. Dari ritual keagamaan kuno sampai jadi bentuk terapi modern, origami menyimpan cerita tentang ketekunan, kesabaran, dan keindahan dalam kesederhanaan.

Akar Sejarah Origami: Dari Ritual ke Hiburan

Asal-usul origami bisa ditarik mundur jauh, beriringan dengan masuknya kertas ke Jepang dari Tiongkok sekitar abad ke-6 Masehi oleh para biksu Buddha. Awalnya, kertas itu benda mewah dan langka, jadi penggunaannya terbatas untuk upacara keagamaan dan formalitas. Lipatan kertas pertama kali muncul dalam konteks upacara Shinto, di mana gohei (strip kertas yang dilipat-lipat) digunakan untuk menandai ruang suci atau sebagai persembahan. Dokumen resmi penting juga kadang dilipat dengan gaya tertentu untuk menunjukkan keaslian atau status.

Pada periode Heian (794-1185), lipatan kertas mulai digunakan dalam korespondensi formal dan seni dekorasi. Cara melipat kertas bisa jadi kode rahasia atau identifikasi pengirim. Ini menunjukkan bagaimana origami mulai bergeser dari sekadar fungsi ritual ke arah estetika dan komunikasi. Abad ke-17 sampai ke-19, saat kertas mulai lebih mudah diakses, origami berkembang pesat. Masyarakat mulai menciptakan bentuk-bentuk yang lebih rumit, seperti burung bangau (origami crane) yang ikonik. Buku-buku panduan origami pertama juga muncul, mempopulerkan seni ini di kalangan masyarakat umum sebagai hobi dan sarana hiburan.

Filosofi yang Terkandung: Kesederhanaan, Kesabaran, dan Keteraturan

Di balik setiap lipatan origami, ada filosofi yang sangat kental dengan nilai-nilai Jepang:

Kesederhanaan (Wabi-Sabi): Origami menggunakan hanya satu lembar kertas persegi tanpa potongan atau lem. Ini mencerminkan keindahan dalam kesederhanaan dan kemampuan menciptakan sesuatu yang kompleks dari bahan yang paling dasar. Tiap lipatan harus presisi, menunjukkan apresiasi terhadap detail dan kesempurnaan dalam hal yang minimalis.

Kesabaran dan Ketekunan (Ganbaru): Membuat model origami yang rumit butuh kesabaran luar biasa dan ketekunan untuk mengikuti setiap langkah dengan cermat. Satu kesalahan kecil bisa merusak seluruh bentuk. Proses ini melatih disiplin dan fokus, nilai-nilai penting dalam budaya Jepang. Ini juga mengajarkan bahwa hasil akhir yang indah hanya bisa dicapai melalui proses yang teliti dan tidak terburu-buru.

Transformasi dan Perubahan: Dari lembaran datar, kertas bertransformasi menjadi bentuk tiga dimensi yang hidup. Ini melambangkan gagasan tentang perubahan, adaptasi, dan potensi tersembunyi dalam setiap hal. Bentuk yang muncul dari lipatan adalah hasil dari intervensi manusia pada alam, mengubahnya menjadi sesuatu yang baru.

Harmoni dan Keteraturan: Setiap lipatan origami adalah bagian dari pola yang lebih besar, menciptakan bentuk yang harmonis dan seimbang. Ini merefleksikan keinginan akan keteraturan dan keseimbangan dalam hidup, di mana setiap elemen memiliki tempat dan fungsinya.

Origami dalam Simbolisme dan Kehidupan Modern

Simbolisme origami, terutama burung bangau (origami crane), punya tempat khusus di hati masyarakat Jepang. Bangau sering dianggap simbol harapan, perdamaian, dan umur panjang. Legenda Senbazuru (seribu bangau kertas) mengatakan siapa pun yang melipat seribu bangau akan dikabulkan permintaannya. Kisah Sadako Sasaki, seorang gadis Jepang korban bom Hiroshima yang berusaha melipat seribu bangau demi perdamaian dunia, membuat simbolisme ini semakin kuat dan dikenal global. Kini, bangau kertas sering jadi hadiah di acara pernikahan sebagai simbol kebahagiaan dan umur panjang, atau dipajang di rumah sakit sebagai harapan kesembuhan.

Di masa modern, origami tidak hanya jadi hobi atau seni, tapi juga punya aplikasi praktis dan terapeutik. Dalam dunia teknik dan sains, prinsip melipat origami dipakai untuk mendesain panel surya yang bisa dilipat di luar angkasa, airbag mobil yang bisa mengembang, atau struktur arsitektur yang efisien. Secara terapeutik, melipat origami terbukti bisa membantu meningkatkan konsentrasi, melatih motorik halus, mengurangi stres, dan bahkan jadi terapi rehabilitasi bagi pasien. Ini menunjukkan bagaimana sebuah seni tradisional bisa beradaptasi dan punya relevansi kuat di berbagai bidang kehidupan kontemporer.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved