Sumber foto: Google

Sejarah Awal Houthi: Dari Gerakan Keagamaan ke Pemberontakan Bersenjata

Tanggal: 30 Jun 2024 22:28 wib.
Gerakan Houthi, juga dikenal sebagai Ansar Allah, telah menjadi salah satu aktor utama dalam konflik Yaman yang berkepanjangan. Berawal dari gerakan keagamaan, Houthi telah berkembang menjadi kekuatan militer yang signifikan dengan pengaruh politik yang besar. Artikel ini akan membahas sejarah awal Houthi, perkembangan mereka dari gerakan sosial ke pemberontakan bersenjata, serta faktor-faktor yang mendorong transformasi ini.

Asal-Usul Houthi

Gerakan Houthi didirikan oleh Hussein Badreddin al-Houthi pada awal 1990-an di provinsi Saada, Yaman Utara. Nama "Houthi" diambil dari nama keluarga Hussein, yang berasal dari komunitas Zaidi Syiah. Zaidiyah adalah cabang dari Islam Syiah yang dominan di wilayah utara Yaman, terutama di Saada. Pada awalnya, gerakan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali ajaran Zaidi dan menentang pengaruh wahhabisme yang didukung oleh Arab Saudi.

Ideologi dan Tujuan Awal

Gerakan Houthi berfokus pada tiga aspek utama:

Revitalisasi Agama: Mempertahankan dan mempromosikan ajaran Zaidi Syiah di tengah meningkatnya pengaruh wahhabisme di Yaman.
Keadilan Sosial: Mengatasi ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh komunitas Zaidi, yang merasa terpinggirkan oleh pemerintah pusat.
Kedaulatan Nasional: Menentang dominasi asing di Yaman, terutama pengaruh Amerika Serikat dan Arab Saudi yang dianggap merusak kedaulatan dan identitas nasional Yaman.

Transformasi Menjadi Kelompok Militan

Pada awal 2000-an, ketegangan antara Houthi dan pemerintah Yaman mulai meningkat. Ketegangan ini dipicu oleh penindasan terhadap komunitas Zaidi dan kebijakan pemerintah yang dianggap diskriminatif. Pada tahun 2004, Hussein Badreddin al-Houthi tewas dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah, yang menandai titik balik dalam sejarah gerakan ini. Kepemimpinan Houthi kemudian diambil alih oleh saudaranya, Abdul-Malik al-Houthi.

Konflik dengan Pemerintah Yaman

Pasca kematian Hussein, konflik antara Houthi dan pemerintah Yaman semakin intensif. Sejak 2004 hingga 2010, terjadi enam perang antara Houthi dan pemerintah, yang dikenal sebagai "Perang Saada". Houthi berhasil mengonsolidasikan kekuatan mereka di provinsi Saada dan memperluas pengaruhnya ke provinsi-provinsi tetangga.

Arab Spring dan Peluang Baru

Gerakan Arab Spring pada 2011 memberikan peluang baru bagi Houthi. Krisis politik yang melanda Yaman memaksa Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mengundurkan diri. Houthi memanfaatkan kekosongan kekuasaan ini untuk memperluas kendali mereka di Yaman utara. Pada tahun 2014, mereka berhasil merebut ibu kota Sanaa, yang menandai permulaan fase baru dalam konflik Yaman.

Dukungan Iran

Houthi mendapat dukungan dari Iran, baik dalam bentuk logistik, pelatihan, maupun persenjataan. Dukungan ini memperkuat posisi Houthi dalam menghadapi koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi. Meskipun Iran menyangkal keterlibatan langsung, bukti-bukti menunjukkan adanya bantuan signifikan dari Iran kepada Houthi.

Ideologi dan Retorika

Houthi menggunakan retorika anti-Amerika dan anti-Israel yang kuat, yang menarik dukungan dari berbagai kalangan di Timur Tengah. Mereka juga menentang dominasi Arab Saudi di wilayah tersebut. Slogan Houthi yang terkenal, "Allah Akbar, Maut bagi Amerika, Maut bagi Israel, Kutukan bagi Yahudi, Kemenangan bagi Islam", mencerminkan pandangan ideologis mereka.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Keberhasilan Houthi dalam merebut kekuasaan di Yaman utara telah mengubah dinamika sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Di satu sisi, mereka berhasil menciptakan stabilitas relatif di daerah yang mereka kuasai. Di sisi lain, kebijakan mereka sering kali menyebabkan penderitaan bagi warga sipil, termasuk penindasan terhadap lawan politik dan pembatasan kebebasan berpendapat.

Peran Internasional

Konflik Houthi dengan pemerintah Yaman telah menarik perhatian internasional, dengan berbagai negara terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi melancarkan intervensi militer pada 2015 untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional. Sementara itu, Iran terus memberikan dukungan kepada Houthi, memperumit upaya untuk mencapai resolusi damai.

Upaya Perdamaian

Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional untuk mengakhiri konflik ini. Meskipun beberapa kesepakatan gencatan senjata telah dicapai, implementasinya sering kali gagal. Dialog politik antara Houthi dan pemerintah Yaman tetap menjadi kunci untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved