Sebanyak 550.000 Warga Israel Meninggalkan Negara Selama 6 Bulan Perang
Tanggal: 27 Jun 2024 16:18 wib.
Otoritas Kependudukan dan Imigrasi Israel mencatat sekitar 550.000 warga Israel meninggalkan negaranya dan tidak kembali selama enam bulan pertama sejak perang Israel dan Hamas berlangsung mulai Oktober lalu. Jumlah warga yang meninggalkan negaranya itu lebih banyak dibandingkan yang kembali pada Paskah tahun ini pada bulan April.
Fenomena ini menunjukkan adanya situasi yang mengkhawatirkan di Israel, di mana apa yang mungkin awalnya dianggap sebagai pelarian sementara selama perang atau kesulitan teknis untuk kembali, kini telah berubah menjadi tren permanen atau migrasi permanen.
Data Biro Pusat Statistik Israel pada April, mencatat populasi Israel mencapai 9,9 juta jiwa, termasuk lebih dari 2 juta warga Palestina, 400.000 warga Palestina di Yerusalem Timur, dan 20.000 warga Suriah di Dataran Tinggi Golan. Jutaan orang Israel juga memiliki kewarganegaraan ganda karena setidaknya memiliki satu kewarganegaraan lain selain kewarganegaraan Israel.
Israel diketahui mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan telah menghadapi kecaman internasional karena serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak Oktober tahun lalu oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Lebih dari 37.500 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, dan hampir 86.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Tidak hanya itu, Israel juga dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.
Menurut analis politik, situasi ini telah menciptakan ketidakstabilan di negara Israel. Migrasi massal warga menunjukkan adanya keengganan untuk bertahan di tengah kondisi konflik yang belum terselesaikan dengan Palestina. Migrasi ini juga dapat memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi Israel, terutama dalam hal kehilangan tenaga kerja berpengalaman dan berpendidikan.
Masih banyak spekulasi yang beredar terkait alasan di balik migrasi besar-besaran ini. Beberapa pakar berpendapat bahwa ketidakpastian akan masa depan negara, ketidakamanan di wilayah Gaza dan meningkatnya konflik antara Israel dan Palestina, serta kondisi ekonomi yang memburuk, merupakan faktor-faktor utama yang mendorong warga Israel untuk meninggalkan negaranya.