Sumber foto: website

Rusia Hujani Ibu Kota Ukraina dengan 67 Drone Buatan Iran

Tanggal: 8 Sep 2024 11:11 wib.
Tampang.com | Angkatan Udara Ukraina melaporkan serangan yang dilakukan Rusia dengan 67 drone Shahed ke Ibu Kota Kiev pada Sabtu, 7 September 2024. Dari jumlah tersebut, Ukraina berhasil menghalau 57 drone. Hal ini disampaikan dalam pernyataan resmi yang disebar melalui aplikasi pesan Telegram. Puing-puing drone terlihat berserakan di sekitar gedung parlemen, menurut seorang legislator Ukraina.

Serangan langsung ke pusat Ibu Kota Kiev tergolong langka karena jaraknya yang jauh dari wilayah pendudukan Rusia. Kota ini dilindungi oleh jaringan pertahanan era Soviet dan senjata yang didukung oleh negara-negara Barat. Atap gedung pemerintahan di pusat kota dianggap sebagai tempat pertahanan terbaik di Ukraina, karena lokasinya juga menjadi tempat tinggal presiden, kabinet, dan bank sentral.

Berdasarkan pesan di Telegram, terdapat setidaknya 4 kepingan puing-puing drone yang ditemukan dekat gedung parlemen. Salah satunya terlihat di pintu masuk utama gedung, sedangkan yang lain berupa lempengan besi.

Koresponden Reuters di Kiev melaporkan adanya rangkaian ledakan pada pukul 3 pagi Sabtu waktu setempat. Gema ledakan terdengar di seluruh kota, mengganggu ketenangan penduduk yang sedang tertidur.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Moskow telah meluncurkan lebih dari 1.000 misil dan drone Shahed ke Ukraina. Drone tersebut didesain oleh Iran dan pertama kali digunakan oleh Rusia sejak September 2022. Harganya yang terjangkau dibandingkan dengan misil yang lebih mahal dan sulit diproduksi membuat drone ini menjadi pilihan yang diandalkan oleh Rusia.

Shahed drone menggunakan mesin baling-baling (propeller) yang mampu terbang dengan kecepatan 200 kilometer per jam. Keunggulan lainnya adalah ketidakmampuannya dideteksi oleh radar karena mampu terbang pada ketinggian rendah dan hanya meninggalkan sedikit jejak panas.

Pihak Ukraina menyebutkan bahwa drone-drone tersebut diluncurkan dari dua wilayah perbatasan dengan Rusia serta dari wilayah yang dikuasai, seperti tanjung Krimea.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin menolak permintaan Ukraina untuk menggunakan senjata jarak jauh yang dimiliki oleh AS untuk menyerang Rusia. Hal ini sebagai tanggapan atas permintaan Zelensky kepada Barat untuk memberikan bantuan misil kepada Ukraina guna menyerang bandara yang berada di wilayah Rusia.

Namun, Austin menegaskan bahwa AS dan sekutu akan terus memberikan dukungan penuh kepada Ukraina dalam melawan Rusia. Dia menyatakan akan memberikan bantuan tambahan sebesar US$250 juta dari AS. Austin menilai penggunaan senjata jarak jauh tidak akan terlalu mempengaruhi jalannya peperangan. Sebab menurutnya, Ukraina juga sudah memiliki senjata jarak jauh seperti drone dan misil untuk melakukan serangan langsung ke Rusia.

"Rusia adalah negara yang sangat luas dengan banyak target. Ukraina memiliki kemampuan dalam hal pesawat nirawak dan senjata lainnya untuk menjangkau target tersebut," kata Austin seperti dilansir oleh Reuters.

Diperkirakan bahwa Rusia telah menggunakan drone sebagai bagian dari strategi invasi mereka untuk memperoleh keuntungan taktis dan operasional, memberikan surveilans real-time, serta kemampuan untuk menyerang dalam skala besar. Oleh karena itu, serangan menggunakan drone ini menunjukkan bahwa Rusia semakin berupaya untuk mendominasi wilayah Ukraina.

Peristiwa ini menunjukkan bagaimana teknologi drone semakin menjadi perhatian utama dalam konflik militer modern. Penggunaan drone oleh negara-negara konflik seperti Rusia dan Ukraina menandakan bahwa drone telah menjadi bagian integral dari kekuatan militer dan strategi pertahanan. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait dengan potensi kerugian sipil akibat serangan drone yang dapat menghantam sasaran-sasaran di wilayah perkotaan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved