Sumber foto: iStock

Rusia Berbagi Rahasia Nuklir pada Iran, Picu AS-Inggris Khawatir

Tanggal: 16 Sep 2024 06:54 wib.
Rusia kembali menjadi sorotan karena diduga berbagi info rahasia dan teknologi nuklir dengan Iran, memicu kekhawatiran dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Kerja sama antara Rusia dan Iran dalam bidang nuklir menyisakan tanda tanya besar bagi dunia internasional. Para pejabat Barat menyampaikan keprihatinan mereka terkait hal ini, merujuk pada potensi bahaya akibat penguatan kemampuan nuklir Iran.

Pada pertemuan strategis antara pejabat AS dan Inggris di Washington, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga turut mengemukakan kekhawatiran terkait peningkatan hubungan militer Rusia dan Iran. Kedua negara tersebut makin curiga bahwa Moskow tengah menukarkan teknologi nuklir dengan rudal balistik, sebagai bentuk imbalan atas dukungan Iran dalam konflik di Ukraina.

Kementerian Luar Negeri AS terus menegaskan kecemasannya terhadap aktivitas nuklir Iran. Hal ini pun disampaikan oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih yang menyatakan kesiapan AS untuk menggunakan semua elemen kekuatan nasional guna mencegah eskalasi nuklir yang dapat ditimbulkan oleh Iran.

Pernyataan Federasi Rusia dan Iran

Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan yang resmi dari Kementerian Luar Negeri Rusia dan kedutaan besar Iran di Badan Energi Atom Internasional di Wina. Ketidakhadiran respons resmi dari kedua belah pihak menimbulkan banyak tanda tanya terkait perkembangan kerja sama nuklir tersebut.

Kelompok Tujuh, yang terdiri dari AS, Inggris, dan sekutu-sekutunya, secara bersama-sama mengecam "ekspor Iran dan pengadaan rudal balistik Iran oleh Rusia" dalam sebuah pernyataan bersama. Mereka menyebutnya sebagai eskalasi lebih lanjut dari dukungan militer Iran terhadap Rusia di Ukraina.

Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, memberikan isyarat bahwa Rusia sedang berbagi teknologi nuklir dengan Teheran. Dia juga menambahkan bahwa Moskow telah menerima pengiriman rudal balistik Fath-360 dari Iran. Pernyataan Blinken ini menambahkan catatan keraguan terhadap intensifikasi kerja sama nuklir antara Rusia dan Iran.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap program nuklir Iran yang semakin maju. Hal ini diperkuat oleh sebuah pernyataan bersama yang disampaikan oleh Departemen Luar Negeri AS, yang menyoroti keprihatinan serupa terkait program nuklir Iran.

Iran sendiri telah bersikeras bahwa mereka tidak memiliki niat untuk memproduksi senjata nuklir. Meskipun begitu, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa Iran secara potensial mampu mengembangkan senjata nuklir sebagai respons terhadap ketegangan dengan Israel.

Dalam sebuah pernyataan pada bulan April, seorang jenderal senior Iran menyebutkan kemungkinan merevisi doktrin nuklir jika Israel mengancam fasilitas atomnya. Pernyataan tersebut dipandang sebagai peringatan bahwa Iran bisa saja berupaya memproduksi senjata nuklir, meski selama ini mereka hanya menyatakan bahwa kemampuan nuklir mereka hanya untuk keperluan sipil.

Menurut laporan IAEA, tingkat bahan bakar nuklir Iran meningkat antara Juni dan Agustus, cukup untuk membuat beberapa hulu ledak jika Iran memutuskan untuk mengembangkan senjata. Data ini semakin mempertegas kekhawatiran akan potensi pengembangan senjata nuklir oleh Iran.

Intensifikasi Kerjasama Militer Rusia dan Iran

Direktur Badan Intelijen Pusat AS William Burns mengungkapkan bahwa Rusia dan Iran tengah memperdalam hubungan militer mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa kerjasama antara kedua negara tersebut telah mencakup berbagai aspek, termasuk teknologi nuklir dan ruang angkasa.

Berdasarkan informasi ini, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat dan Inggris memiliki alasan kuat untuk meningkatkan kekhawatiran terhadap kerja sama antara Rusia dan Iran di bidang nuklir. Tanggapan keras dan tegas dari kedua negara tersebut menjadi keniscayaan dalam menghadapi potensi ancaman nuklir yang bisa muncul dari Iran.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved