Sumber foto: BBC.com

Rusia Akan Menerapkan Doktrin Nuklir Baru, Ketegangan Meningkat dengan NATO

Tanggal: 30 Sep 2024 14:33 wib.
Pemerintah Rusia kembali memberikan sinyal terbaru terkait revisi doktrin nuklir negara itu. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Dalam pernyataannya, Peskov mengatakan negara-negara Barat, yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), telah memperpanjang konflik dengan keterlibatannya dalam peperangan antara Moskow dan Ukraina. 

Ia menyebut Rusia 'harus siap' dalam menerapkan doktrin nuklirnya setelah direvisi oleh Presiden Vladimir Putin.

Menurut Peskov, negara-negara Barat semakin terlibat dalam konflik Ukraina dan tidak menunjukkan keinginan untuk menghentikan konflik tersebut. Sebaliknya, mereka menyatakan niat mereka untuk terus maju guna membantu Ukraina menang. Hal ini dikutip dari pernyataannya kepada media pemerintah Rusia VGTRK yang juga dikutip oleh Newsweek.

Anggota NATO telah memberikan dukungan bantuan diplomatik dan militer kepada Ukraina setelah Rusia menyerang negara Eropa Timur tersebut pada Februari 2022.

Ketegangan antara negara-negara NATO dan Kremlin terus berlanjut karena Ukraina mulai menggunakan senjata yang didukung oleh aliansi tersebut untuk menyerang wilayah Rusia. Hal ini memicu Putin memasukkan klausul yang mengizinkan nuklir Rusia digunakan untuk setiap serangan yang terjadi ke wilayahnya.

Dalam doktrin yang direvisi, setiap agresi ke Rusia oleh negara non-nuklir dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir dapat dianggap sebagai serangan bersama dan melewati ambang batas nuklir. Perubahan ini pun berlaku untuk serangan Ukraina yang, misalnya, menembus Rusia dengan pasokan senjata dari Amerika Serikat (AS), Inggris, atau Prancis.

Sebelum merevisi doktrin ini, Putin telah menyetujui latihan senjata nuklir taktis. Pada Agustus lalu, Moskow juga telah menyiapkan unit Angkatan Bersenjata Federasi Rusia untuk penggunaan senjata nuklir non-strategis dalam pertempuran.

Menurut data Federasi Ilmuwan Amerika pada tahun 2024, Rusia memiliki 5.580 hulu ledak nuklir, sedangkan AS memiliki 5.044. 

Menanggapi manuver Moskow ini, seorang Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Washington 'tidak terkejut' dengan manuver ini. Ia menegaskan bahwa baik AS maupun NATO tidak menimbulkan ancaman apapun bagi Rusia, dan retorika nuklir Rusia yang tidak bertanggung jawab tidak akan meningkatkan keamanan Rusia.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS juga menambahkan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung Ukraina karena negara tersebut membela rakyatnya dan wilayah kedaulatannya dari agresi Rusia.

Ketegangan antara Rusia dan NATO memuncak dengan pengumuman revisi doktrin nuklir Rusia dan respons tegas dari pihak Barat terhadap langkah tersebut. Dengan ketersediaan informasi ini, analisa kebijakan luar negeri menjadi semakin penting untuk dipertimbangkan guna memahami konflik global yang terjadi saat ini. Perkembangan selanjutnya dari situasi ini juga perlu dipantau dengan cermat untuk mengantisipasi dampaknya dalam hubungan internasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved