Rupiah Tertekan, Investasi Asing Mengalir: Kebijakan BI dalam Menjaga Ekonomi
Tanggal: 25 Jul 2024 08:47 wib.
Bank Indonesia (BI) baru-baru ini melaporkan adanya aliran modal asing masuk sebesar Rp690 miliar pada periode 15-18 Juli 2024. Aliran modal ini terutama mengalir melalui pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Di pasar saham, tercatat Rp680 miliar masuk, sementara di SRBI, angka tersebut mencapai Rp670 miliar. Namun, aliran modal keluar juga terjadi melalui Surat Berharga Negara (SBN) dengan jumlah mencapai Rp380 miliar.
Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi BI, memberikan rincian tambahan mengenai aliran modal asing dari awal tahun hingga pertengahan Juli 2024. Pada periode tersebut, terjadi jual neto sebesar Rp31,10 triliun di pasar SBN dan jual neto sebesar Rp2,98 triliun di pasar saham. Di sisi lain, SRBI mencatat beli neto yang signifikan sebesar Rp162,15 triliun. Data ini menunjukkan dinamika pergerakan modal yang cukup kompleks di pasar keuangan Indonesia.
Kondisi pasar global juga mempengaruhi arus modal asing ke Indonesia. Pada Kamis (18/7/2024), level yield US Treasury Note tenor 10 tahun naik ke 4,202%. Kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan imbal hasil obligasi AS yang bisa menarik investor untuk memindahkan modal mereka ke AS. Selain itu, premi risiko investasi Indonesia untuk jangka waktu 5 tahun naik menjadi 74,04 basis poin. Kenaikan premi risiko ini menunjukkan peningkatan kekhawatiran investor terhadap risiko investasi di Indonesia.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sebagaimana ditunjukkan oleh kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, berada pada Rp16.199 per dolar AS pada Jumat (19/7/2024). Pergerakan nilai tukar ini menunjukkan tekanan yang dihadapi rupiah dalam menghadapi fluktuasi pasar global dan arus modal asing.
Untuk menghadapi tantangan ini, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Erwin Haryono menyatakan bahwa BI akan mengoptimalkan berbagai strategi kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan menarik lebih banyak investasi asing.
Aliran modal asing yang masuk ke Indonesia melalui pasar saham dan SRBI menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan prospek pasar keuangan Indonesia. Namun, keluarnya modal melalui SBN mencerminkan adanya kekhawatiran di kalangan investor terhadap risiko yang mungkin timbul dari dinamika pasar global.
Kenaikan yield US Treasury Note juga menandakan bahwa investor melihat obligasi AS sebagai instrumen investasi yang lebih aman dan menarik dibandingkan dengan obligasi dari negara lain, termasuk Indonesia. Kenaikan premi risiko investasi Indonesia juga menjadi perhatian, karena menunjukkan adanya persepsi risiko yang lebih tinggi terhadap investasi di negara ini.
Nilai tukar rupiah yang terus tertekan terhadap dolar AS menunjukkan perlunya langkah-langkah stabilisasi dari Bank Indonesia. Upaya menjaga kestabilan nilai tukar menjadi penting untuk menghindari volatilitas yang berlebihan dan menjaga daya saing ekspor Indonesia.
Aliran modal asing ke Indonesia mencerminkan dinamika kompleks dari kepercayaan investor terhadap ekonomi nasional. Bank Indonesia, bersama dengan pemerintah, terus berupaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menarik investasi melalui berbagai kebijakan dan strategi. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi ekonominya dan menghadapi tantangan global dengan lebih baik.