Rupee India Anjlok ke Rekor Terendah, Ini Penyebab Utamanya

Tanggal: 1 Sep 2025 14:20 wib.
Nilai tukar rupee India kembali mengalami tekanan signifikan dan mencatatkan level terendah sepanjang masa pada Jumat, (29/8/2025). Berdasarkan data Reuters, rupee menembus angka 88 per dolar AS untuk pertama kalinya. Pelemahan ini dipicu oleh tarif tambahan dari Amerika Serikat serta kekhawatiran terhadap melambatnya arus investasi portofolio ke India.

Washington baru-baru ini memberlakukan tarif impor tambahan 25% terhadap berbagai produk India, sehingga total bea masuk yang harus dibayar India menjadi 50%. Kebijakan tersebut memicu gejolak pasar dan memengaruhi sentimen investor asing.

Pada penutupan perdagangan, rupee ditutup pada level 88,1950 per dolar AS, melemah 0,65% dalam satu hari. Bahkan, selama sesi perdagangan, rupee sempat menyentuh titik terendahnya di 88,3075, yang memicu intervensi dari Bank Sentral India.

Menurut Dhiraj Nim, ahli strategi valuta asing di ANZ Bank, tarif tambahan AS berpotensi memperburuk defisit neraca perdagangan India dan semakin melemahkan arus modal asing:

“Tarif AS kemungkinan besar akan memperpanjang tekanan neraca pembayaran India, melemahkan arus keuangan, dan memperlebar defisit perdagangan,” jelasnya.

Dampaknya, pertumbuhan ekonomi India diperkirakan akan mengalami perlambatan. Para ekonom menilai bahwa jika tarif tambahan AS ini bertahan selama setahun, PDB India bisa terpangkas sekitar 60-80 basis poin. Saat ini, Bank Sentral India memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 6,5% untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret.

Sektor ekspor India juga berpotensi terkena dampak signifikan. Data mencatat bahwa ekspor India ke AS menyumbang 2,2% dari PDB. Industri padat karya seperti tekstil dan perhiasan dikhawatirkan akan mengalami penurunan drastis, yang pada akhirnya memicu hilangnya lapangan kerja dan memperparah tekanan pada ekonomi domestik.

Selain itu, investor portofolio asing mulai menarik dananya dari pasar India. Hingga saat ini, tercatat investor telah menjual obligasi dan saham India senilai US$ 9,7 miliar sepanjang tahun 2025. Bahkan, lebih dari US$ 1 miliar ditarik hanya dalam dua sesi perdagangan setelah pengumuman tarif tambahan AS. Akibatnya, pasar ekuitas India mengalami penurunan tajam, dan pekan ini menjadi penurunan terburuk sejak Maret 2025.

Meskipun demikian, beberapa analis menilai pelemahan rupee dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi India. Dalam catatan J.P. Morgan, nilai tukar rupee yang lebih rendah bisa membantu meningkatkan daya saing ekspor India:

“Ini bukan hal buruk karena nilai tukar riil efektif berbasis perdagangan kini berada di level terendah dalam dua tahun, dan hal ini bisa mendorong daya saing ekspor India,” tulis analis J.P. Morgan.

Secara keseluruhan, kombinasi tarif tambahan AS, arus modal asing keluar, dan perlambatan ekonomi global menjadi faktor utama yang menekan kinerja rupee. Pemerintah India dan Bank Sentral kini tengah mempertimbangkan kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar, sekaligus menjaga daya beli masyarakat dan kelangsungan ekonomi domestik.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved