Rudal Houthi untuk Pertama Kalinya Hantam Israel, Picu Sirene Serangan Udara
Tanggal: 16 Sep 2024 06:56 wib.
Kelompok Houthi di Yaman telah meluncurkan sebuah serangan yang mengejutkan dengan berhasil menghantam Israel pada hari Minggu, 15 September 2024. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menanggapi serangan ini dengan ancaman bahwa Houthi akan membayar harga yang mahal atas tindakan mereka.
Yahya Sarea, Juru Bicara Houthi, mengkonfirmasi bahwa kelompok tersebut meluncurkan rudal balistik hipersonik baru yang menempuh jarak 2.040 km hanya dalam waktu 11 1/2 menit. Awalnya, mereka mengklaim bahwa rudal tersebut jatuh di area terbuka. Namun, pihak militer Israel menyatakan bahwa rudal tersebut mungkin pecah di udara, dan beberapa pencegatnya mendarat di ladang dan dekat stasiun kereta api. Untungnya, tidak ada laporan mengenai korban terluka akibat serangan ini.
Sirene serangan udara berbunyi di Tel Aviv dan seluruh wilayah Israel tengah beberapa saat sebelum serangan terjadi sekitar pukul 06.35 waktu setempat, menyebabkan warga berhamburan mencari tempat perlindungan. Suara ledakan keras terdengar, dan asap terlihat mengepul di lapangan terbuka di wilayah tersebut.
Dalam rapat kabinet mingguannya, Netanyahu menegaskan bahwa Houthi harus menyadari bahwa Israel akan meminta "harga yang mahal" atas serangan terhadap negaranya. Dia menambahkan bahwa siapapun yang perlu diingatkan akan hal tersebut, diundang untuk mengunjungi pelabuhan Hodeida, merujuk pada serangan udara balasan Israel terhadap Yaman pada bulan Juli sebagai tanggapan terhadap pesawat nirawak Houthi yang menghantam Tel Aviv.
Kelompok Houthi telah secara berkala menembakkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina sejak perang Gaza dimulai dengan serangan Hamas terhadap Israel pada bulan Oktober. Pada bulan Juli, pesawat nirawak Houthi yang menghantam Tel Aviv menewaskan satu orang dan melukai empat orang. Sebagai tanggapannya, Israel meluncurkan serangan udara terhadap target militer Houthi di dekat pelabuhan Hodeidah yang menewaskan enam orang dan melukai 80 orang.
Sebelumnya, rudal-rudal yang ditembakkan oleh Houthi belum berhasil menembus kedalaman wilayah udara Israel. Satu-satunya rudal yang dilaporkan mengenai wilayah Israel sebelum serangan ini terjadi jatuh di area terbuka dekat pelabuhan Laut Merah Eilat pada bulan Maret.
Houthi memperingatkan bahwa Israel harus siap menghadapi serangan lebih lanjut di masa mendatang, terutama saat mendekati peringatan operasi 7 Oktober, yang melibatkan respons atas agresi Houthi terhadap kota Hodeidah. Nasruddin Amer, Wakil Kepala Kantor Media Houthi, menyampaikan bahwa rudal tersebut berhasil mencapai Israel setelah "20 rudal gagal mencegatnya", yang dianggapnya sebagai awal dari serangkaian aksi serangan Houthi. Tidak hanya itu, pada hari yang sama, militer Israel juga melaporkan bahwa 40 proyektil telah ditembakkan dari Lebanon ke wilayah Israel, namun berhasil dicegat atau mendarat di area terbuka.
Situasi ini menunjukkan bahwa konflik di Timur Tengah masih belum menemui titik akhir, dan ancaman serangan dari pihak-pihak yang saling berseteru terus meningkat. Israel harus terus meningkatkan kewaspadaannya dan mencari solusi damai dalam menghadapi ancaman serangan tersebut.
Menurut data yang dirilis oleh lembaga riset internasional, tingkat konflik di wilayah Timur Tengah meningkat secara signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Serangan-serangan seperti yang baru saja terjadi antara kelompok Houthi dan Israel semakin memperumit situasi di wilayah tersebut. Beberapa pihak internasional diharapkan dapat turut serta dalam memediasi konflik tersebut, guna mencari solusi yang dapat membawa keamanan dan stabilitas bagi semua pihak yang terlibat.
Sumber-sumber intelijen di kawasan Timur Tengah juga menyoroti dampak serangan tersebut terhadap stabilitas dan ekonomi global. Ketegangan di wilayah ini telah memberikan dampak negatif pada pasar keuangan global, terutama terkait dengan harga minyak dunia yang rentan terhadap gejolak di wilayah produsen minyak terbesar di dunia.
Ketegangan antara kelompok Houthi dan Israel juga memunculkan kekhawatiran akan meluasnya konflik di wilayah tersebut. Organisasi kemanusiaan internasional mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan guna mencari solusi damai yang dapat menghentikan spiral konflik yang berkepanjangan.
Dengan terus adanya serangan dan ancaman di wilayah tersebut, kerjasama antara negara-negara regional dan internasional sangat dibutuhkan untuk membantu memediasi dan menyelesaikan konflik yang telah berkepanjangan. Solusi damai harus menjadi prioritas utama dalam mengakhiri ketegangan dan menjamin keamanan bagi rakyat yang terdampak langsung oleh konflik ini.