Sumber foto: Google

Retak Lalu Renggang: Elon Musk Menyesal Sindir Trump, Akankah Mereka Berdamai?

Tanggal: 19 Jun 2025 10:45 wib.
Setelah berbulan-bulan berada dalam orbit politik yang sama, hubungan antara Elon Musk dan Donald Trump kini tampaknya memasuki fase yang rumit. Miliarder teknologi yang sempat menjadi sekutu politik Trump ini secara mengejutkan mengungkapkan penyesalan atas sejumlah unggahannya di media sosial yang menyerang mantan Presiden Amerika Serikat tersebut.

Melalui platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), Musk menuliskan permintaan maaf pada Rabu (11/6) dini hari waktu setempat. “Saya menyesal atas beberapa unggahan saya tentang Presiden [Trump] pekan lalu. Saya rasa itu kelewatan,” tulis Musk. Pengakuan ini datang hanya beberapa hari setelah ia secara terbuka keluar dari pemerintahan Trump dan mulai melontarkan kritik keras terhadap kebijakan serta kepribadian sang mantan presiden.

Drama Politik di Dunia Maya: Dari Tuduhan Epstein hingga Seruan Pemakzulan

Konflik di antara mereka tak hanya berhenti di dunia nyata, namun juga merebak di dunia digital. Dalam beberapa hari terakhir, Musk diketahui mengunggah beberapa tudingan serius, termasuk keterlibatan Trump dalam kasus Jeffrey Epstein, sosok kontroversial yang dikenal karena kejahatan seksualnya.

Selain itu, Musk sempat mengangkat isu resesi yang disebutnya akan dipicu oleh kebijakan tarif Trump yang "berlebihan." Tak berhenti sampai di sana, dia juga menyetujui sebuah unggahan pengguna yang menyerukan pemakzulan Trump dan penggantian posisinya dengan Wakil Presiden JD Vance. Namun unggahan tersebut kini telah dihapus, menimbulkan spekulasi soal alasan Musk tiba-tiba melunak.

Laman X kini menampilkan pesan “Hmm... halaman ini tidak ada. Coba cari yang lain,” pada tautan-tautan unggahan Musk yang sebelumnya memancing kontroversi.

Trump Bereaksi: Antara Kecewa dan Memberi Maaf

Sementara itu, Trump mencoba merespons situasi ini dengan sikap yang terkesan tenang. Dalam wawancara podcast bersama New York Post yang ditayangkan Rabu pagi, Trump mengaku tidak menyimpan dendam. “Saya tidak menyalahkan dia dalam hal apa pun. Tapi saya memang sedikit kecewa,” ujarnya.

Meski begitu, ketika ditanya apakah ia bersedia memaafkan Musk, Trump menjawab, “Saya rasa bisa saja.” Namun, ia juga menegaskan bahwa fokus utamanya adalah memulihkan kondisi Amerika Serikat, bukan memperbaiki relasi personal dengan Musk.

Dalam wawancara lain yang dilakukan oleh NBC, Trump bahkan secara eksplisit menyatakan tidak tertarik untuk membangun kembali hubungan dengan Musk. "Saya terlalu sibuk dengan hal lain. Saya tidak punya rencana berbicara dengannya," tegasnya.

Dari Kepala DOGE ke Oposisi Terbuka

Ketegangan ini bermula tak lama setelah Elon Musk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Kepala Department of Government Efficiency (DOGE)—sebuah jabatan strategis yang ia emban sejak awal pemerintahan Trump. Perannya cukup penting dalam upaya merampingkan birokrasi pemerintahan, meski hasilnya kerap dipertanyakan berbagai pihak.

Usai keluar dari jabatan itu, Musk tanpa ragu menyerang kebijakan-kebijakan domestik Trump. Ia menyebut program-program tersebut sebagai "abominasi menjijikkan" yang justru membebani defisit dan menghambat efisiensi anggaran. Trump pun membalas dengan menyindir bahwa cara termudah menghemat anggaran adalah dengan menghentikan subsidi federal bagi perusahaan milik Musk seperti Tesla dan SpaceX.

Namun meski sempat sengit, Musk terlihat mulai mengambil langkah damai. Ia menghapus beberapa unggahan kontroversialnya, dan dalam interaksi terbaru di media sosial, Musk merespons pernyataan Trump dengan emoji hati—sinyal bahwa hubungan mereka mungkin belum benar-benar kandas.

Isyarat Damai dan Masa Depan Relasi Musk-Trump

Menariknya, dalam konferensi pers awal minggu ini, Trump mengungkap bahwa ia tidak akan mencabut akses proyek Starlink milik Musk dari Gedung Putih. Ia bahkan menyebut bahwa dirinya masih menganggap Musk sebagai mitra yang baik. “Kami memiliki hubungan yang baik, dan saya hanya mendoakan dia baik-baik saja—sangat baik, sebenarnya,” ujarnya.

Hubungan antara keduanya memang telah berjalan dekat sejak tahun lalu. Elon Musk bahkan disebut-sebut telah menyumbangkan hampir 300 juta dolar AS untuk mendukung kampanye kepresidenan Trump. Tak lama setelah itu, ia ditunjuk untuk memimpin DOGE dan menjadi ikon dari program reformasi birokrasi Gedung Putih, meskipun beberapa pihak menilai peran tersebut lebih simbolis daripada substansial.

Keputusan Musk untuk mundur dari pemerintahan diumumkan pada akhir Mei lalu. Ia menyebut bahwa masa tugasnya memang sudah berakhir sesuai jadwal. Pada konferensi pers terakhirnya tanggal 30 Mei, Musk berdiri di samping Trump ketika mantan presiden itu menyebutnya sebagai “salah satu inovator terbesar yang pernah dimiliki dunia.”

Namun hanya dalam hitungan hari, hubungan itu runtuh—meski kini tampaknya mulai dicoba untuk dijalin ulang dengan hati-hati.

Akhir Cerita atau Awal Babak Baru?

Kisah tarik ulur antara Elon Musk dan Donald Trump menjadi gambaran bagaimana hubungan politik bisa berubah drastis, bahkan di kalangan elite. Dari sekutu menjadi pengkritik, lalu menunjukkan tanda-tanda rekonsiliasi, keduanya mungkin belum menutup buku sepenuhnya.

Pertanyaannya kini: apakah ini akhir dari ketegangan, atau sekadar awal dari babak politik baru yang lebih kompleks?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved