Respon China terhadap Kehadiran NATO di Asia
Tanggal: 10 Jul 2024 21:00 wib.
Pemerintah Presiden China, Xi Jinping, memberikan tanggapan terhadap kemungkinan "meluasnya" aliansi pertahanan Barat, NATO, di wilayah Asia Pasifik. Hal tersebut diungkapkan secara langsung oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China, Lin Jian.
Meskipun demikian, langkah NATO untuk mengundang empat negara Asia Pasifik, yaitu Korea Selatan (Korsel), Jepang, Australia, dan Selandia Baru, dalam pertemuan tingkat tinggi di Washington, Amerika Serikat (AS) pada Rabu (10/7/2024) dianggap sebagai upaya untuk memperluas kerjasama dalam menciptakan stabilitas di wilayah Asia Pasifik. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyatakan bahwa NATO akan bekerja sama untuk memastikan stabilitas di kawasan tersebut.
China merespons langkah NATO dengan menyoroti sisi negatif dari ekspansi aliansi pertahanan tersebut. Dalam pernyataannya, Juru Bicara Kemenlu China, Lin Jian, menyebutkan bahwa NATO seakan melampaui batasannya dengan memperluas mandatnya, yang pada akhirnya dapat memicu konfrontasi dan mengganggu stabilitas global. Ia juga menegaskan bahwa keamanan yang diusung oleh NATO sering kali dibangun di atas ketidakamanan negara lain, sehingga menempatkan dunia dan kawasan dalam risiko keamanan yang tinggi.
Lin Jian juga menolak segala fitnah yang dituduhkan oleh NATO terhadap China. Menurutnya, China selama ini aktif menjadi kekuatan perdamaian internasional dan berperan secara objektif dalam berbagai isu global. Dia menyatakan bahwa China menolak upaya NATO untuk menggunakan China sebagai alasan untuk mengganggu kawasan Asia Pasifik.
Menyikapi tindakan NATO, Lin Jian menyerukan NATO untuk membentuk persepsi yang benar terhadap China serta meninggalkan pola pikir Perang Dingin dan pendekatan zero-sum, yang hanya akan menimbulkan ketakutan dan menciptakan musuh-musuh khayalan. Selain itu, China juga menekankan pentingnya peran NATO dalam memainkan peran konstruktif untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan pembangunan global.
Sementara itu, analis kebijakan senior China dan Asia Timur di Institut Perdamaian AS, Mirna Galic, melihat undangan NATO kepada empat negara Asia Pasifik sebagai ajakan untuk meningkatkan koordinasi dalam menangani isu-isu yang menjadi perhatian bersama. Menurutnya, hal ini tidak menjadikan NATO sebagai pemain langsung di wilayah Indo-Pasifik, namun memungkinkan NATO untuk berkoordinasi dengan keempat mitra tersebut mengenai isu-isu tersebut.
Dalam merespons kehadiran NATO di wilayah Asia Pasifik, China menegaskan posisinya sebagai kekuatan perdamaian dunia dan berperan aktif dalam pembangunan global. Respons China terhadap kehadiran NATO menunjukkan bahwa China memandang adanya kehadiran eksternal di wilayah tersebut tidak hanya sebagai sebuah ancaman, namun juga sebagai peluang untuk memperkuat kerjasama multilateral yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan.