Resesi Seks Menggila, Orang China Menyerah Rela Bayar Segini
Tanggal: 26 Jun 2024 21:09 wib.
Banyak anak muda China yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pasangan karena keterbatasan karakter mereka yang cenderung pemalu atau yang sering disebut sebagai 'socially awkward'. Hal ini telah mengarahkan mereka untuk mencari solusi dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai sarana untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut laporan dari South China Morning Post, semakin maraknya penggunaan tool AI yang berperan sebagai 'pelatih' percintaan untuk meningkatkan kemampuan para lajang dalam mencari pasangan. Tool AI ini bekerja dengan mengajarkan cara-cara bersikap saat kencan, cara melontarkan rayuan yang pas, hingga bagaimana membangun interaksi dengan calon pasangan. Beberapa aplikasi yang populer di antara anak muda China adalah 'RIZZ.AI' dan 'Hong Hong Simulator'.
Situasi ini diwarnai oleh laporan dari China Youth Daily Social Survey Center pada tahun 2023 yang menyatakan bahwa banyak anak muda China mengalami kesulitan dalam membangun pertemanan dan menciptakan interaksi yang nyaman akibat kurangnya keterampilan bersosialisasi. Dari survei yang melibatkan 2.000 lajang di China, sebanyak 60% mengeluhkan bahwa mereka hanya memiliki 2 atau 1 teman dekat.
Memanfaatkan tool AI seperti 'RIZZ.AI', para lajang dapat melatih diri agar lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai informasi, istilah 'Rizz' sendiri merujuk pada penyebutan 'karisma' yang banyak digunakan oleh generasi Z. Dengan membayar biaya langganan harian sebesar US$ 0,99 atau sekitar Rp 16 ribuan, pengguna 'RIZZ.AI' akan menerima beberapa skenario percakapan yang dapat digunakan untuk berlatih. Mereka juga diberikan kesempatan untuk mencoba percakapan dengan karakter fiksi buatan AI seperti 'Maddie' dan 'Kristen'. Aplikasi ini juga menawarkan paket langganan jangka panjang melalui 'Rizz Pro' dengan harga US$ 2,99 per minggu atau US$ 9,99 per bulan.
Sementara itu, Hong Hong Simulator memberikan pengguna pelatihan untuk mengendalikan situasi ketika pasangan sedang marah. Pengguna diberikan peringkat terkait seberapa efektif mereka dapat dimaafkan oleh pasangan dengan tanggapan yang mereka berikan.
Adapun respons dari masyarakat terhadap situasi ini menunjukkan adanya peningkatan fenomena pasangan virtual. Jika seseorang menyerah terhadap upaya berpacaran di dunia nyata, mereka memiliki opsi untuk mencari dukungan emosional dari chatbot seperti DAN yang bisa berperan layaknya pasangan. Salah satu pengguna chatbot ini bahkan mengumumkan hubungannya dengan chatbot DAN kepada orang tuanya. Fenomena ini menggambarkan bahwa pacar virtual sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi sebagian individu, seperti yang dialami oleh Lisa, seorang pengguna chatbot DAN yang membagikan kemesraannya dengan DAN melalui platform Xiaohongshu dan mendapatkan perhatian dari 900.000 pengikutnya.
Maraknya pasangan virtual ini seiring dengan turunnya tingkat pernikahan dan fertilitas di China. Angka pernikahan di negara tersebut turun 8,2% pada tiga bulan pertama tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pemerintah telah mengambil langkah dengan mendorong angka pernikahan melalui berbagai kebijakan, seperti memberikan insentif anak, serta peningkatan bayaran cuti menikah.