Sumber foto: Unsplash

Reaksi Negara Asing Terhadap Pemblokiran Akses Teknologi Canggih China

Tanggal: 17 Jul 2024 08:33 wib.
Nasib China semakin memprihatinkan setelah dihambat oleh Amerika Serikat (AS). Kebijakan pemblokiran akses teknologi canggih dari China disebut-sebut sebagai ancaman keamanan nasional, yang kemudian memicu reaksi dari negara lain.

Baru-baru ini, Jerman mengikuti jejak AS dengan memblokir perusahaan telekomunikasi asal China. Rencananya, produk jaringan 5G dari Huawei dan ZTE akan dilarang mulai tahun 2029.

"Menteri Dalam Negeri dan Komunitas Federal Nancy Faeser mengumumkan, 'Kami kini telah mencapai kesepakatan yang jelas dan ketat dengan perusahaan telekomunikasi,'" seperti yang dikutip dari Reuters pada Selasa (16/7/2024).

Kesepakatan ini merupakan hasil dari pembicaraan antara Kementerian Dalam Negeri dengan operator lokal seperti Deutsche Telekom, Vodafone, dan Telefonica Deutschland. Langkah ini diambil untuk melindungi infrastruktur penting Jerman dari perusahaan China yang dianggap mengancam keamanan nasional.

Faeser mengungkapkan bahwa Berlin telah memberitahu Beijing mengenai perjanjian tersebut, dan berharap tidak akan ada tindakan pembalasan terhadap pembatasan yang direncanakan terhadap teknologi China.

Namun, Kedutaan Besar China di Jerman merespons bahwa pemblokiran atau pengecualian terhadap Huawei tidak akan berlangsung tanpa konsekuensi, sambil menyebut rencana ini sebagai "upaya kejam" untuk menekan persaingan dan mempromosikan teknologi khas Jerman.

Mereka menambahkan, "Dugaan risiko terhadap keamanan jaringan hanya berfungsi sebagai alasan, padahal belum ada negara yang dapat memberikan bukti konkret mengenai sejauh mana peralatan Huawei menimbulkan risiko keamanan."

Pemerintah Jerman sendiri belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai perjanjian tersebut. Namun, Reuters melaporkan bahwa rencana penghapusan teknologi buatan China akan dimulai dari jaringan inti pusat data 5G pada tahun 2026, dilanjutkan dengan pembuatan komponen Tiongkok seperti antena, saluran transmisi, dan menara pada tahun 2029.

Jerman ternyata terbilang lamban dalam menerapkan langkah-langkah keamanan Uni Eropa untuk jaringan 5G. Operator telekomunikasi lokal kerap melawan upaya Berlin untuk menghentikan Huawei secara bertahap. Sementara Huawei sendiri menolak klaim politisasi atas keamanan siber di Jerman.

Sikap Jerman dalam menyambut pemblokiran teknologi canggih dari China menunjukkan dampak global dari ketegangan antara China dengan negara Barat. Hal ini tentu sangat penting untuk diperhatikan, mengingat ketergantungan dunia terhadap teknologi canggih dari China, terutama dalam infrastruktur telekomunikasi.

Pemblokiran ini juga tentu akan membawa dampak signifikan bagi perusahaan teknologi asal China, terutama Huawei dan ZTE. Tidak hanya dalam hal keuangan, tetapi juga reputasi mereka di mata konsumen global. Kemungkinan mereka akan kehilangan pangsa pasar yang signifikan di Jerman dan di negara-negara lain yang mungkin mengikuti jejak Jerman dalam melarang produk-produk teknologi canggih mereka.

Saat ini, China juga tentu tidak akan tinggal diam menghadapi pemblokiran dari negara-negara lain. Mereka kemungkinan akan melakukan langkah-langkah balasan, baik dalam bentuk pembatasan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi asal negara yang memblokirnya, maupun penguatan diplomasi teknologi mereka ke negara-negara lain.

Apa yang terjadi di arena internasional ini tentu menggarisbawahi pentingnya kerja sama dan keterbukaan dalam bidang teknologi, sambil tetap memperhatikan keamanan dan kedaulatan nasional. Kebijakan pemblokiran yang dilakukan tentu harus dipertimbangkan secara matang, mengingat dampaknya yang dapat mempengaruhi ekonomi, politik, dan diplomasi global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved