Raja Yordania Tolak Usul Pemindahan Warga Gaza dari Trump

Tanggal: 18 Feb 2025 08:22 wib.
Pada hari Selasa, 11 Februari, Gedung Putih menjadi saksi pertemuan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Raja Yordania Abdullah II. Pertemuan ini menunjukkan ketegangan yang berkembang antara visi kebijakan Trump terkait Gaza dan pandangan tegas Raja Abdullah II. Dalam dialog ini, Trump menegaskan kembali ambisinya untuk mengosongkan Gaza, dengan rencana untuk mengembangkan wilayah tersebut sebagai destinasi wisata utama.

Di sisi lain, Raja Abdullah II dengan tegas menolak usulan Trump yang meminta Yordania dan negara-negara Arab lainnya untuk menerima pengungsi Gaza. Kata-kata Raja Abdullah menggambarkan betapa usulan tersebut akan merombak struktur geopolitik Timur Tengah secara radikal. Dia mengemukakan bahwa Yordania tidak bisa menampung warga Gaza dalam jumlah besar karena akan berdampak signifikan pada stabilitas regional.

Dalam pertemuan tersebut, Trump didampingi oleh Menteri Luar Negeri Amerika, Marco Rubio, yang menunjukkan bahwa AS sangat serius tentang agenda ini. Trump bahkan mengatakan bahwa dia tidak akan menahan bantuan finansial AS kepada Yordania atau Mesir jika mereka menolak untuk menerima pengungsi Gaza. Namun, pernyataan ini terasa bertolak belakang dengan ancaman sebelumnya yang dilayangkan Trump mengenai pemotongan bantuan.

Situasi semakin memanas ketika Raja Abdullah II ditanya tentang gagasan mendirikan resor mewah di Gaza. Sambil menahan diri dari memberikan tanggapan substansial tentang usulan tersebut, Raja Abdullah tetap menegaskan bahwa Yordania bersedia menerima 2.000 anak Gaza yang menderita penyakit serius seperti kanker. Ini menunjukkan sikap kemanusiaan Yordania di tengah ketegangan politik.

Melalui media sosial, Raja Abdullah mencurahkan pandangannya bahwa pemindahan warga Palestina dari Gaza serta Tepi Barat tidak dapat diterima. “Posisi Arab harus bersatu. Membangun kembali Gaza tanpa memindahkan warga Palestina dan mengatasi krisis kemanusiaan harus menjadi prioritas kita semua,” demikian tulis Raja Abdullah di platform X.

Hanya menghuni Yordania, terdapat lebih dari 2 juta warga Palestina, menjadikan negara tersebut sebagai salah satu rumah terbesar bagi mereka. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan pekan lalu bahwa Yordania tidak akan bergeming dari penolakannya terhadap ide Trump untuk merelokasi warga Gaza. Penolakan ini terinspirasi oleh kekhawatiran akan dampak negatif terhadap solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.

Ketidakpastian ini juga disertai dengan masalah keamanan, di mana Mesir dan Yordania khawatir akan dampak sosial dan ekonomi yang mungkin muncul akibat penerimaan pengungsi tambahan yang signifikan. Pertemuan ini bukan hanya tentang perhatian global saat ini, tetapi juga mencerminkan dinamika politik yang kompleks dan sejarah panjang yang melibatkan pengungsi Palestina dan negara-negara tetangganya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved