Prospek Penguatan Rupiah Menguat Seiring Meredanya Ketegangan di Timur Tengah
Tanggal: 30 Jun 2025 15:48 wib.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa perluasan pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah diperkirakan akan terjadi seiring dengan meredanya ketegangan di wilayah Timur Tengah. Peristiwa ini dipicu oleh tercapainya gencatan senjata antara rezim Israel dan Iran, yang didorong oleh mediasi dari Amerika Serikat.
Dalam wawancaranya dengan ANTARA di Jakarta pada Senin pagi, Ariston menjelaskan, "Pasar masih bereaksi dengan positif terhadap situasi yang lebih stabil di Timur Tengah. Gencatan senjata ini memainkan peran penting dalam mengurangi ketegangan, yang tentunya berpengaruh pada nilai tukar mata uang."
Pada hari itu juga, terlihat bahwa pasar saham Asia mengalami tren yang cukup baik, yang mengindikasikan potensi penguatan nilai tukar terhadap dolar AS. Situasi ini mencerminkan minat investor yang mengarah pada pengambilan risiko yang lebih optimis, hasil langsung dari kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Selain itu, ada sentimen positif lain yang muncul dari kesepakatan dagang yang sudah tercapai antara Amerika Serikat dan China. Hal ini menambah kepercayaan pasar terhadap dinamika ekonomi global yang lebih stabil.
Namun, dibalik sentimen positif tersebut, ada isu mengenai proses persetujuan anggaran di AS yang mungkin menjadi tantangan bagi dolar AS. Perdebatan yang intens di Senat AS berpotensi menyebabkan penundaan dalam pengesahan anggaran, yang dapat memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar dolar.
"Menariknya, anggaran yang sedang diperdebatkan ini berpotensi menambah utang nasional AS hingga mencapai 3,3 triliun dolar," tambah Ariston.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, prediksi nilai tukar rupiah mengarah pada kisaran Rp16.150 hingga Rp16.120 per dolar AS. Meski begitu, saat pembukaan perdagangan di Jakarta pada hari Senin, nilai tukar rupiah sedikit melemah, mencatatkan penurunan sebesar 2 poin atau 0,01 persen, menjadi Rp16.197 per dolar AS dari posisi sebelumnya yang berada di angka Rp 16.195 per dolar AS. Situasi ini menambah ketertarikan pasar terhadap perkembangan selanjutnya yang memberikan nuansa optimisme di tengah ketidakpastian ekonomi global.