Profil Perjuangan Rosa Parks: Ikon Perlawanan Terhadap Diskriminasi Rasial
Tanggal: 10 Jul 2024 19:59 wib.
Rosa Parks adalah nama yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat. Lahir pada 4 Februari 1913 di Tuskegee, Alabama, Rosa Louise McCauley tumbuh dalam lingkungan yang keras di tengah segregasi rasial yang mengakar di wilayah selatan AS. Kehidupan Rosa Parks sejak dini sudah dipenuhi dengan tantangan yang dihadapi oleh komunitas Afrika-Amerika pada masa itu. Namun, siapa sangka perempuan sederhana ini akan menjadi salah satu ikon terbesar dalam gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat.
Masa Kecil dan Pendidikan
Rosa Parks dibesarkan oleh kakek-neneknya di Pine Level, Alabama, setelah orang tuanya berpisah. Kehidupan di selatan AS pada masa itu penuh dengan diskriminasi rasial. Rosa harus menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang dipisahkan berdasarkan warna kulit. Meskipun demikian, ia menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Rosa melanjutkan ke Montgomery Industrial School for Girls, sebuah sekolah yang didirikan oleh perempuan-perempuan kulit putih dari utara yang mendukung pendidikan bagi anak-anak perempuan Afrika-Amerika.
Awal Karir dan Aktivisme
Setelah menikah dengan Raymond Parks, seorang aktivis hak-hak sipil, pada tahun 1932, Rosa semakin terlibat dalam perjuangan melawan diskriminasi rasial. Pasangan ini aktif dalam National Association for the Advancement of Colored People (NAACP). Rosa menjadi sekretaris cabang Montgomery NAACP pada tahun 1943. Selama bekerja di NAACP, Rosa berjuang untuk menegakkan keadilan bagi para korban kekerasan rasial dan pelecehan di Alabama.
Insiden Bus Montgomery
Pada 1 Desember 1955, Rosa Parks membuat sejarah dengan tindakan sederhana namun penuh keberanian. Ketika itu, ia menolak memberikan kursinya di bus kota Montgomery kepada penumpang kulit putih, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum segregasi saat itu. Tindakannya ini menyebabkan Rosa ditangkap dan didenda, namun juga menjadi pemicu bagi gerakan besar yang dikenal sebagai Montgomery Bus Boycott.
Montgomery Bus Boycott
Montgomery Bus Boycott berlangsung selama 381 hari, mulai dari 5 Desember 1955 hingga 20 Desember 1956. Boycott ini dipimpin oleh Dr. Martin Luther King Jr., seorang pendeta muda yang kemudian menjadi salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam gerakan hak-hak sipil. Ribuan warga Afrika-Amerika di Montgomery menolak menggunakan bus kota sebagai bentuk protes terhadap hukum segregasi. Aksi ini menunjukkan solidaritas dan kekuatan komunitas Afrika-Amerika dalam menghadapi ketidakadilan. Pada akhirnya, Mahkamah Agung AS memutuskan bahwa segregasi di bus kota Montgomery adalah tidak konstitusional.
Dampak dan Warisan
Keberanian Rosa Parks tidak hanya menginspirasi gerakan di Montgomery, tetapi juga memicu gelombang protes dan aksi serupa di seluruh Amerika Serikat. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan inspirasi bagi generasi selanjutnya. Setelah insiden di Montgomery, Rosa dan suaminya pindah ke Detroit, Michigan, untuk menghindari ancaman dan intimidasi. Di Detroit, Rosa tetap aktif dalam gerakan hak-hak sipil dan bekerja untuk John Conyers, seorang anggota Kongres AS.
Rosa Parks menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam perjuangan hak-hak sipil, termasuk Presidential Medal of Freedom pada tahun 1996 dan Congressional Gold Medal pada tahun 1999. Ia juga diabadikan dalam berbagai cara, termasuk patung di US Capitol dan namanya digunakan untuk berbagai jalan, sekolah, dan institusi.