Profesor Harvard Kenneth Rogoff Membangun Kecemasan Soal China
Tanggal: 11 Jul 2024 19:11 wib.
Profesor Harvard Kenneth Rogoff telah memberikan peringatan serius kepada Amerika Serikat (AS) terkait strategi pemblokiran yang dilakukan dalam pertarungan ekonomi dengan China. Rogoff memperingatkan bahwa AS harus siap menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan dan bahkan mungkin mengalami kehancuran ekonomi.
Pemerintah AS telah beberapa kali menerapkan pembatasan perdagangan terhadap China. Bahkan, dua calon presiden, yakni Joe Biden dan Donald Trump, sama-sama memasukkan isu pembatasan perdagangan dengan China dalam janji politik mereka. Biden, misalnya, telah menyatakan niatnya untuk meningkatkan tarif pada teknologi canggih China sebesar US$18 miliar, sementara Trump berjanji untuk menerapkan tarif impor dari China sebesar 60%.
Namun, Rogoff menyoroti bahwa kebijakan tersebut tidak akan memberikan keuntungan yang diharapkan bagi pekerja AS. Sebaliknya, pembatasan perdagangan hanya akan mengganggu manfaat perdagangan bebas di AS, termasuk bagi mereka yang berpendapatan rendah.
Rogoff menyatakan, "Meskipun persaingan dengan produsen China berdampak buruk terhadap sejumlah pekerjaan manufaktur, perdagangan bebas tidak diragukan akan menciptakan lebih banyak orang yang diuntungkan daripada yang dirugikan." Dia menekankan bahwa konsumen AS berpendapatan rendah menjadi salah satu penerima manfaat paling besar dari impor China berbiaya rendah.
Selain itu, Rogoff juga menyoroti bahwa kebijakan pengawasan perdagangan AS dilakukan karena adanya kekhawatiran akan "kejutan China". Kondisi ini terjadi ketika impor negara tersebut mengalami lonjakan tajam pada tahun 2000-an, yang akhirnya melemahkan sektor manufaktur AS.
Kejutan China yang terjadi di masa lampau dianggap sebagai sebuah kesalahan besar yang berdampak pada keruntuhan kota-kota dan meningkatkan ketimpangan sosial.
"Dalam kebijakan AS, 'kejutan China' digambarkan sebagai sebuah kesalahan besar yang merusak kota-kota di seluruh Rust Belt dan meningkatkan ketimpangan," jelas Rogoff, dengan demikian memberikan perspektif yang lebih luas terkait konsekuensi dari konflik ekonomi antara AS dan China.
Sejumlah data juga menunjukkan betapa China telah menjadi salah satu pemain ekonomi global yang penting. China menjadi produsen utama berbagai produk konsumen, infrastruktur, dan teknologi. Namun, kekuatan ekonomi China juga memberikan tekanan dan tantangan bagi AS dalam berbagai sektor industri, termasuk teknologi, manufaktur, dan perdagangan.
Rogoff juga menekankan bahwa perubahan dinamika perdagangan global tidak dapat dianggap remeh, terlebih dalam menghadapi tantangan dari pemain ekonomi besar seperti China. Hal ini juga mengingatkan bahwa kebijakan perdagangan yang diambil harus mendukung upaya untuk menciptakan kesejahteraan bagi semua pihak, termasuk pekerja berpendapatan rendah, dan menghindari menciptakan ketimpangan yang lebih besar dalam masyarakat.