Pria Bersenjata Dicurigai sebagai Mata-mata Israel Ditangkap di Malaysia
Tanggal: 31 Mar 2024 14:55 wib.
Polisi Malaysia telah berhasil menangkap pria bersenjata di sebuah hotel di Kuala Lumpur di awal pekan ini. Pria berusia 36 tahun itu diduga sebagai mata-mata Israel.
Inspektur Jenderal Polisi, Razarudin Husain, mengatakan bahwa tersangka tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur dari Uni Emirat Arab (UEA) pada 12 Maret dengan menggunakan paspor Prancis palsu. Ia kemudian menyerahkan paspor Israel setelah diinterogasi polisi.
Menurut Husain, "Dia ditangkap pada 27 Maret dan akan ditahan hingga 31 Maret untuk penyelidikan lebih lanjut. Selama pemeriksaan, dia menyerahkan paspor Israelnya kepada kami," seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Tersangka Mengaku Akan Memburu Warga Israel Lainnya di Malaysia
Selama penangkapannya, polisi menemukan tersangka membawa enam pistol dan 200 peluru. Razarudin mengatakan, pihak kepolisian sedang menyelidiki kemungkinan bahwa pria tersebut adalah anggota intelijen Israel, walaupun tersangka telah mengaku bahwa dia memasuki Malaysia untuk memburu warga Israel lainnya karena perselisihan keluarga.
Namun, Razarudin menambahkan bahwa pihak kepolisian tidak sepenuhnya mempercayai narasi ini karena ada dugaan bahwa tersangka mungkin memiliki agenda lain. Selain itu, pria tersebut juga sering berpindah-pindah ke beberapa hotel selama di Malaysia.
Polisi sedang menyelidiki bagaimana tersangka memperoleh senjata-senjata tersebut, yang diklaim dibeli di Malaysia dengan mata uang kripto.
Pihak berwenang telah meningkatkan keamanan terutama terhadap Raja Malaysia, Perdana Menteri Anwar Ibrahim, dan tokoh petinggi lainnya setelah penangkapan tersangka.
2. Malaysia sebagai Pendukung Palestina
Malaysia, yang merupakan negara mayoritas Muslim, telah lama menjadi pendukung setia Palestina dan kerap mengkritik tindakan Israel dalam konflik, terutama dalam perang Gaza yang sudah menewaskan lebih dari 32 ribu korban jiwa sejak 7 Oktober.
Negara itu juga tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Pada bulan Desember, Malaysia menerapkan larangan berlabuh bagi kapal-kapal Israel untuk memasuki wilayahnya setelah invasi darat Israel ke Gaza.
Dalam kunjungannya ke Jerman baru-baru ini, Perdana Menteri Ibrahim menyoroti hipokrisi negara-negara Barat dalam menangani konflik di Timur Tengah. Beliau juga menegaskan bahwa Malaysia tidak akan mengubah pendiriannya, terutama dalam mengenai Hamas. Malaysia mempertahankan bahwa Hamas bukanlah kelompok teroris dan hal ini didasari oleh alasan kemanusiaan serta karena Malaysia melihat pendudukan Israel di Gaza sebagai tindakan ilegal menurut hukum dan norma internasional.
3. Kemungkinan Tersangka sebagai Mata-mata Israel Tidak Boleh Diabaikan
Menurut Muhammad Danial Azman, seorang dosen senior di Institut Internasional Kebijakan dan Manajemen Publik Universitas Malaya, kemungkinan tersangka sebagai mata-mata Israel tidak boleh diabaikan.
Azman mengatakan, "Mengasumsikan bahwa polisi langsung mengambil kesimpulan saja tidaklah akurat. Otoritas penegakan keamanan bertindak bukan tanpa alasan, tetapi kemungkinan besar berdasarkan informasi intelijen yang terus menerus."
Menurut Azman, ada hubungan yang masuk akal antara aktivitas tersangka dan dukungan Malaysia terhadap perjuangan Palestina. Azman juga mengingatkan bahwa pada tahun 2018, ilmuan Palestina, Fadi Mohammad al-Batsh, ditembak mati di Kuala Lumpur oleh dua pria tak dikenal. Keluarganya dan kelompok Palestina Hamas mengklaim pembunuhan itu dilakukan oleh dinas intelijen Israel, Mossad, namun, Tel Aviv membantah tuduhan tersebut.
Dari latar belakang konflik antara Palestina dan Israel serta sikap politik Malaysia yang mendukung Palestina, kemungkinan ada keterkaitan antara penangkapan pria bersenjata sebagai mata-mata Israel dan kedua belah pihak. Selain itu, kejadian sebelumnya dengan kematian Fadi Mohammad al-Batsh menimbulkan kecurigaan bahwa agen intelijen Israel masih memiliki keberadaan dan aktivitas di Malaysia.
Sebagai negara yang memiliki hubungan sejarah dengan konflik Timur Tengah, Malaysia tetap berusaha mempertahankan posisinya dalam menangani isu Palestina-Israel dengan menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung perjuangan Palestina dan menentang segala bentuk pendudukan ilegal serta tindakan agresi terhadap bangsa Palestina. Diharapkan, dari penangkapan tersangka ini, Malaysia dapat terus memperkuat keamanan dan kedaulatan negaranya serta melindungi kepentingan nasionalnya.