Presiden Baru Sri Lanka Bubarkan Parlemen untuk Buka Jalan Pemilu Mendadak
Tanggal: 26 Sep 2024 05:47 wib.
Presiden baru Sri Lanka, Anura Kumara Dissanayake, telah mengumumkan pembubaran parlemen untuk mempersiapkan jalan bagi pemilihan umum dadakan. Dissanayake, yang sebelumnya memenangkan pemilihan presiden negara itu pada Sabtu (21/9/2024), telah memberi isyarat bahwa ia akan membubarkan parlemen segera setelah terpilih untuk mencari mandat baru guna menjalankan kebijakannya. Hal ini merupakan langkah yang mengejutkan, mengingat parlemen Sri Lanka sebelumnya hanya memiliki tiga kursi di aliansi Kekuatan Rakyat Nasional (NPP) yang condong ke kiri.
Menurut pemberitahuan dalam lembaran resmi pemerintah, pemilu akan berlangsung pada 14 November mendatang. Tanggal ini hampir setahun lebih cepat dari jadwal yang sebelumnya telah ditetapkan.
Presiden Dissanayake juga telah menunjuk sekutunya, Harini Amarasuriya, sebagai Perdana Menteri (PM) Sri Lanka pada Selasa (24/9/2024), membuat Amarasuriya menjadi wanita ketiga dalam sejarah negara itu yang menduduki jabatan tersebut.
Di Sri Lanka, presiden memiliki otoritas untuk mengepalai kabinet dan menunjuk menteri dari anggota parlemen, sementara PM memimpin partai yang berkuasa dan bertindak sebagai wakil presiden.
Sebelumnya, Sri Lanka telah melalui periode ketegangan politik setelah ekonominya runtuh pada tahun 2022, memicu protes dan memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa saat itu untuk melarikan diri dan mengundurkan diri. Dissanayake, yang telah menarik dukungan yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk kebijakan antikorupsi dan antikemiskinannya, berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan suara yang luar biasa, mengingat sebelumnya ia hanya memenangkan 3% dalam pemilihan presiden 2019.
Tantangan pertama bagi Dissanayake adalah merundingkan kembali bagian dari kesepakatan dana talangan senilai USD2,9 miliar dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang melibatkan langkah-langkah penghematan yang menyakitkan. Setelah pengambilalihan jabatan, presiden baru tersebut mengatakan bahwa ia tidak memiliki solusi ajaib untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat, tetapi akan mencari upaya kolektif untuk mengakhiri krisis.
Hal ini diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi masyarakat Sri Lanka yang telah lama menderita dampak ekonomi yang sulit. Meskipun Dissanayake mewarisi situasi yang sulit, keberhasilannya dalam memenangkan pemilihan presiden menandai dorongan besar untuk menciptakan perubahan yang diharapkan oleh rakyat Sri Lanka.
Tepat sebelum Dissanayake diambil sumpahnya sebagai presiden pada Senin (23/9/2024), Dinesh Gunawardene mengundurkan diri dari jabatannya sebagai PM. Langkah-langkah politik yang cepat ini menunjukkan semangat baru untuk menjalankan roda pemerintahan yang lebih efektif dan progresif di Sri Lanka.
Pemilihan umum mendadak ini akan menjadi momentum penting bagi Sri Lanka untuk menentukan langkah-langkah ke depan dalam mengatasi berbagai permasalahan ekonomi dan politik yang selama ini melanda negara tersebut. Di samping itu, kehadiran seorang wanita sebagai Perdana Menteri untuk ketiga kalinya di Sri Lanka juga menjadi tonggak sejarah penting yang menandai inklusi dan kemajuan perempuan dalam pembangunan negara.