Prediksi Gempa yang Mengerikan: Peramal Myanmar Ditangkap Setelah Video TikTok Memicu Kepanikan
Tanggal: 28 Apr 2025 06:35 wib.
Pihak berwenang Myanmar baru-baru ini menangkap seorang peramal bernama John Moe The setelah video TikTok yang diunggahnya memicu kepanikan massal di kalangan publik. Dalam video yang viral tersebut, John Moe The memprediksi bahwa sebuah gempa bumi besar akan terjadi di seluruh Myanmar pada 21 April 2025. Prediksi ini muncul hanya dua minggu setelah gempa dahsyat dengan kekuatan M 7,7 yang mengguncang negara tersebut, menewaskan 3.500 orang dan merusak berbagai situs bersejarah, termasuk kuil-kuil kuno.
Pada 9 April 2025, John Moe The mengunggah video yang kemudian menjadi viral, dengan klaim bahwa gempa bumi besar akan terjadi di Myanmar pada 21 April. Akibat pernyataannya yang tidak terbukti, pihak Kementerian Informasi Myanmar menyatakan bahwa pria tersebut telah ditangkap karena menyebarkan informasi palsu yang menyebabkan kepanikan publik. Menurut kementerian, prediksi yang dibuat oleh John Moe The tidak memiliki dasar ilmiah dan hanya berdasar pada ramalan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Video yang diunggah John Moe The itu telah ditonton lebih dari tiga juta kali. Dalam video tersebut, ia meminta warga untuk segera membawa barang-barang penting dan menjauh dari gedung-gedung tinggi saat gempa terjadi. “Orang-orang tidak boleh berada di gedung-gedung tinggi pada siang hari,” tulisnya dalam video tersebut. Hal ini langsung memicu kepanikan di masyarakat, dengan banyak orang yang mengikuti peringatannya meskipun tidak ada bukti yang mendukung prediksinya.
Warga Yangon, ibu kota komersial Myanmar, melaporkan bahwa banyak tetangganya yang percaya akan ramalan tersebut. Beberapa dari mereka bahkan menolak untuk tinggal di rumah mereka dan memilih untuk berkemah di luar rumah pada hari yang diperkirakan gempa akan terjadi, mengikuti saran John Moe The. Kejadian ini menunjukkan bagaimana prediksi yang tidak berdasarkan pada ilmu pengetahuan dapat memengaruhi ketenangan masyarakat dan menyebabkan kecemasan yang tidak perlu.
John Moe The, yang kini akunnya sudah dinonaktifkan, mengklaim dalam video tersebut bahwa prediksinya didasarkan pada astrologi dan seni ramal tapak tangan, metode yang secara umum tidak diterima oleh kalangan ilmiah sebagai cara yang valid untuk meramalkan peristiwa alam. Meskipun ramalan-ramalan semacam ini telah ada sejak lama, para ahli geologi dan meteorologi sepakat bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksi dengan cara tersebut. Menurut mereka, prediksi gempa bumi adalah hal yang sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor ilmiah yang tidak bisa dijelaskan melalui metode seperti astrologi.
Kepercayaan masyarakat terhadap ramalan John Moe The cukup besar, terutama setelah gempa besar yang terjadi pada 28 Maret 2025. Gempa tersebut mengguncang wilayah Mandalay dan Sagaing di Myanmar, serta dirasakan hingga Bangkok, Thailand, yang berjarak sekitar 1.000 km dari pusat gempa. Peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan parah dan menuntut respons internasional, termasuk permintaan bantuan dari pemerintah Myanmar yang biasanya menahan diri dari keterlibatan asing.
Gempa M 7,7 pada bulan Maret tersebut sudah cukup mempengaruhi kehidupan di Myanmar, dan dengan datangnya ramalan yang menyebutkan kemungkinan gempa baru, ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. Banyak orang yang terpengaruh oleh kejadian sebelumnya, membuat mereka lebih mudah percaya pada prediksi yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah. Hal ini menjadi contoh bagaimana informasi yang tidak diverifikasi bisa menyebar begitu cepat, terutama melalui platform media sosial yang dapat mengakses jutaan orang dalam hitungan menit.
Akibat kepanikan yang ditimbulkan oleh prediksi tersebut, pihak berwenang Myanmar merasa perlu untuk segera bertindak. Penangkapan John Moe The menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani penyebaran informasi palsu yang dapat merugikan masyarakat. Menyebarkan informasi yang tidak benar tentang bencana alam, apalagi yang melibatkan gempa bumi yang sudah terbukti mematikan sebelumnya, dapat menciptakan ketegangan dan gangguan yang lebih besar daripada manfaat yang mungkin timbul dari informasi tersebut.
Meskipun penangkapan ini mungkin memberikan efek jera bagi orang-orang yang berencana menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan, hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana pemerintah dapat mengatasi penyebaran informasi yang tidak diverifikasi di media sosial. Di era digital ini, di mana setiap orang memiliki akses untuk menyebarkan informasi ke seluruh dunia, penting untuk lebih berhati-hati dalam membagikan informasi yang dapat memengaruhi banyak orang, terlebih lagi mengenai topik yang bisa menyebabkan kecemasan publik.
Seiring dengan semakin populernya media sosial, tantangan terkait disinformasi semakin besar. Pemerintah dan platform media sosial perlu bekerja sama untuk memerangi penyebaran informasi yang tidak tepat dan memastikan bahwa informasi yang diterima masyarakat adalah yang berbasis pada fakta dan bukti ilmiah. Dalam hal ini, prediksi gempa yang dibuat oleh John Moe The adalah contoh yang jelas betapa berbahayanya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Masyarakat juga perlu lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi yang mereka temui di media sosial. Memastikan bahwa informasi yang diterima memiliki dasar yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat penting, terutama ketika berkaitan dengan bencana alam yang dapat mempengaruhi banyak orang.