Sumber foto: google

Populasi Thailand Mengalami Penurunan Akibat Resesi Seks, Warga Lebih Memilih untuk Mengadopsi Kucing

Tanggal: 26 Jun 2024 22:38 wib.
Menurut survei yang dilakukan oleh National Institute of Development Administration pada September 2023, 44 persen responden Thailand mengaku kurang berminat untuk memiliki anak. Hal ini menjadi perhatian serius karena bisa berdampak pada struktur demografi negara tersebut.

Para responden menyebut biaya pengasuhan anak, kekhawatiran terhadap kondisi masyarakat terhadap anak, serta beban pengasuhan anak menjadi alasan utama dari keengganan mereka untuk memiliki keturunan. Peningkatan biaya hidup dan tuntutan profesional yang tinggi membuat banyak pasangan di Thailand memilih untuk mengalihkan perhatian mereka pada hewan peliharaan, terutama kucing.

Krisis demografi ini tercermin dalam tingkat kesuburan Thailand, yang mencapai 1,08 pada tahun 2023. Angka ini menempatkan Thailand sebagai salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah di Asia Tenggara. Wakil perdana Menteri Thailand, Somsak Thepsutin, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren penurunan populasi Thailand. Bahkan, Thepsutin secara terbuka memperingatkan bahwa populasi Thailand bisa menyusut setengahnya dari 66 juta menjadi 33 juta dalam waktu 60 tahun, jika tren menurunnya keturunan tidak segera diatasi.

Istilah "resesi seks" pertama kali diungkapkan oleh Kate Julian, seorang peneliti dan penulis, pada 2018 dalam tulisannya untuk The Atlantic. Konsep resesi seks merujuk pada fenomena penurunan aktivitas hubungan seksual di kalangan pasangan atau individu. Julian mengutip penelitian dari Jean M. Twenge, seorang profesor psikologi di San Diego State University, yang mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika sebagai dasar argumentasinya.

Adopsi kucing menjadi salah satu pilihan yang populer di kalangan pasangan muda Thailand. Hal ini terlihat dari cerita Sira Kitpinyochai dan Boontarika Namsena, seorang pasangan yang memilih untuk fokus memelihara kucing daripada memiliki anak. Mereka mengungkapkan bahwa pilihan ini bukan karena mereka tidak menyukai anak, tetapi karena mereka merasa lebih nyaman dan leluasa dalam memelihara kucing.

Sebelum menikah, Kitpinyochai dan Namsena telah sepakat untuk tidak memiliki anak. Mereka mengaku bahwa biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pengasuhan anak menjadi pertimbangan utama dalam keputusan mereka. Selain itu, tantangan kesibukan bekerja yang panjang juga menjadi alasan lain yang membuat mereka tidak yakin untuk memiliki keturunan.

Tidak hanya itu, Anchalee, seorang warga Thailand lainnya, juga memiliki pandangan serupa terkait dengan keputusannya untuk tidak memiliki anak. Ia menyatakan bahwa tuntutan kehidupan profesional yang berat membuat dirinya merasa sulit untuk menghadapi keseharian. Anchalee menganggap bahwa membesarkan anak akan menambah beban dalam kehidupannya yang sudah sulit.

Kondisi ini membuktikan bahwa resesi seks tidak hanya memengaruhi kehidupan seksual, namun juga berdampak pada pilihan hidup dan keputusan keluarga. Fenomena ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Thailand untuk mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul akibat tren penurunan populasi dan minat memiliki anak. Upaya untuk memberikan solusi dan dukungan kepada pasangan-pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak perlu diintensifkan dalam rangka menjaga keseimbangan demografi negara.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved