Sumber foto: website

Pidato di PBB Terakhir Kalinya, Joe Biden Berusaha Meredakan Ketegangan di Timur Tengah

Tanggal: 26 Sep 2024 05:47 wib.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pidato terakhirnya di hadapan para pemimpin dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (24/9/2024). Dalam pidatonya, Biden menyoroti perang di Ukraina yang belum berakhir dan upaya diplomatik antara Israel dan Hizbullah di Lebanon.

Dengan hanya beberapa bulan tersisa di masa jabatannya, Biden menekankan pentingnya mencari solusi atas konflik yang masih berkecamuk di berbagai belahan dunia. Perang di Ukraina, Jalur Gaza, dan Sudan menjadi fokus utama pidato Biden, dengan resiko berlanjutnya konflik meskipun masa jabatannya akan berakhir.

Biden berusaha meredakan ketegangan akibat konflik yang sedang terjadi. Ia menyoroti perang yang telah berlangsung hampir satu tahun antara Israel dan militan Palestina Hamas di Jalur Gaza yang kini berpotensi mengancam Lebanon. Biden menegaskan bahwa perang skala penuh tidak akan membawa dampak positif bagi kedua belah pihak dan masih memungkinkan adanya solusi diplomatik.

Di hadapan Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara, Biden menyuarakan harapannya agar Israel dan Hamas dapat menyelesaikan persyaratan gencatan senjata Gaza serta kesepakatan pembebasan sandera yang telah diajukan oleh AS, Qatar, dan Mesir. Pidato tersebut diterima dengan tepuk tangan meriah, menunjukkan dukungan atas upaya perdamaian yang diusung oleh Biden.

Kemudian, Biden juga menyoroti pentingnya kemajuan menuju perdamaian di Timur Tengah dalam rangka menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh Iran. Ia menyatakan bahwa upaya bersama untuk menghentikan pasokan bagi proksi teroris Iran dan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir sangat penting bagi stabilitas regional dan global.

Sebagai sorotan tambahan, dalam kunjungan dua harinya di New York, Biden juga menyampaikan pidato tentang isu perubahan iklim dan menjalin pertemuan dengan Presiden Vietnam To Lam. Biden menegaskan keinginannya untuk memperdalam hubungan dengan negara Asia Tenggara, khususnya Vietnam, guna menghadapi tantangan global yang tengah dihadapi oleh AS.

Tantangan-tantangan di bidang luar negeri yang dihadapi oleh AS, termasuk konflik di Ukraina dan Rusia, situasi di Gaza dan Iran, serta persaingan dengan Tiongkok, juga menjadi bahan perbincangan para analis terkait kepemimpinan AS ke depan. Biden dianggap memiliki pandangan yang progresif dalam menangani isu-isu global, namun tantangan-tantangan tersebut juga akan menjadi bagian penting bagi presiden AS berikutnya, baik itu wakil presiden Kamala Harris atau mantan Presiden Donald Trump, yang telah menunjukkan pandangan yang berbeda dalam menangani isu-isu luar negeri.

Dalam melihat kedua calon potensial tersebut, Harris memiliki sikap serta pandangan yang sejalan dengan Biden dalam menghadapi isu-isu luar negeri, meskipun ia lebih keras dalam menanggapi konflik di Palestina dan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Sementara itu, Donald Trump dikenal dengan sikap yang lebih isolasionis dan kurang antusias dalam mendukung berbagai isu yang diusung oleh Biden, seperti perjuangan Ukraina melawan Rusia dan mendukung Israel.

Di bawah kepemimpinan Biden, AS telah memberikan dukungan kuat bagi Ukraina dengan cara menyumbangkan bantuan militer dan menggalang dukungan NATO di belakang Ukraina. Namun, upaya-upaya tersebut masih belum mampu menemukan terobosan signifikan, terutama karena wilayah di Ukraina timur masih tetap berada di bawah kendali Rusia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved