Perubahan Taktik dan Strategi ISIS dalam Beberapa Tahun Terakhir
Tanggal: 1 Agu 2024 17:20 wib.
Sejak muncul di kancah internasional pada awal dekade 2010-an, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) telah mengalami berbagai perubahan dalam taktik dan strateginya. Organisasi teror ini dikenal dengan kekejamannya yang ekstrem, serta metode-metode yang terus berkembang untuk mencapai tujuan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan taktik dan strategi ISIS mencerminkan adaptasi mereka terhadap tekanan global dan perubahan dinamika di lapangan.
1. Evolusi Taktik Serangan
Pada puncak kekuasaan mereka, ISIS terkenal dengan serangan besar-besaran yang melibatkan penguasaan wilayah dan pembentukan kekhalifahan. Mereka mengendalikan sejumlah besar wilayah di Irak dan Suriah, yang memungkinkan mereka untuk menggunakan taktik serangan besar, seperti penyerangan langsung dan pembentukan benteng-benteng pertahanan. Namun, setelah kekalahan besar di Mosul pada tahun 2017 dan berbagai tekanan militer dari koalisi internasional, ISIS mulai mengubah taktiknya.
a. Serangan Kecil dan Teror Lokal: Sejak kehilangan sebagian besar wilayahnya, ISIS beralih ke taktik serangan kecil dan teror lokal. Mereka lebih fokus pada serangan yang menargetkan fasilitas publik, seperti pasar dan tempat ibadah, menggunakan metode-metode seperti bom bunuh diri dan serangan penembakan. Hal ini dirancang untuk menimbulkan ketakutan dan menarik perhatian media global dengan dampak yang lebih langsung pada masyarakat sipil.
b. Serangan Teror di Luar Wilayah Kontrol: ISIS juga meningkatkan aktivitasnya di luar wilayah yang mereka kuasai secara langsung. Mereka memanfaatkan jaringan sel tidur di berbagai negara untuk melancarkan serangan teror. Serangan-serangan ini sering kali dilakukan dengan bantuan elemen lokal atau individu yang terinspirasi oleh ideologi mereka, seperti yang terjadi di Eropa dan Asia Tenggara.
2. Perubahan dalam Struktur Organisasi
a. Desentralisasi: Setelah kehilangan kendali wilayah yang signifikan, ISIS beralih dari struktur pusat yang terpusat ke struktur yang lebih terdesentralisasi. Ini melibatkan pembentukan kelompok-kelompok kecil yang otonom yang terhubung secara longgar dengan pimpinan pusat. Desentralisasi ini memungkinkan kelompok tersebut untuk beroperasi lebih independen dan sulit dilacak oleh pihak berwenang.
b. Penggunaan Jaringan Sel: ISIS kini mengandalkan jaringan sel tidur dan individu-individu radikal untuk melaksanakan serangan. Ini membuat mereka lebih sulit untuk dipantau dan diidentifikasi oleh aparat keamanan. Jaringan ini sering kali beroperasi di negara-negara dengan keamanan yang lebih lemah atau di tempat-tempat dengan komunitas yang terisolasi.
3. Adaptasi terhadap Teknologi
a. Propaganda Digital: ISIS telah memanfaatkan media sosial dan teknologi internet untuk menyebarluaskan propaganda dan merekrut anggota baru. Mereka menggunakan platform-platform seperti Telegram, Twitter, dan YouTube untuk mengedarkan video-video ekstremis dan materi propaganda. Perubahan dalam algoritma media sosial dan tindakan moderasi konten oleh platform-platform tersebut telah memaksa ISIS untuk beradaptasi dengan cara yang lebih tersembunyi dan terdesentralisasi dalam menyebarkan pesan mereka.
b. Penggunaan Enkripsi: Untuk menghindari deteksi, ISIS kini lebih banyak menggunakan aplikasi enkripsi dan komunikasi yang aman. Ini termasuk penggunaan aplikasi pesan terenkripsi dan layanan VPN untuk menyembunyikan aktivitas mereka dari pengawasan intelijen.
4. Strategi Penggalangan Dana
a. Pendanaan Melalui Kriminalitas: ISIS telah beralih dari pendanaan melalui kontrol wilayah dan penguasaan sumber daya alam ke metode pendanaan yang lebih tersembunyi dan ilegal. Ini termasuk kegiatan kriminal seperti penyelundupan, pemerasan, dan pencurian. Mereka juga memanfaatkan donasi dari simpatisan di seluruh dunia untuk mendanai kegiatan mereka.
b. Pengumpulan Dana Digital: Selain itu, ISIS menggunakan teknologi digital untuk mengumpulkan dana. Mereka memanfaatkan crowdfunding dan platform online untuk meminta sumbangan dari individu yang simpati terhadap tujuan mereka. Penggunaan cryptocurrency juga menjadi salah satu cara mereka untuk mendapatkan dana tanpa harus melibatkan lembaga keuangan tradisional.
5. Fokus pada Ideologi dan Rekrutmen
a. Ideologi yang Fleksibel: ISIS telah memperkenalkan narasi ideologi yang lebih fleksibel untuk menarik lebih banyak pendukung. Mereka menyesuaikan pesan mereka agar relevan dengan situasi politik dan sosial lokal di berbagai negara. Hal ini membantu mereka dalam merekrut individu dari berbagai latar belakang dan negara.
b. Rekrutmen Melalui Komunitas Online: ISIS terus memanfaatkan komunitas online dan forum-forum ekstremis untuk merekrut anggota baru. Mereka menargetkan individu yang merasa teralienasi atau tidak puas dengan keadaan sosial politik di negara mereka. Strategi ini termasuk penggunaan materi propaganda yang disesuaikan dengan audiens target mereka.
Perubahan taktik dan strategi ISIS dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah. Dari penyerangan besar-besaran hingga serangan kecil dan teror lokal, serta dari struktur terpusat ke desentralisasi, ISIS terus menunjukkan kemampuan untuk bertahan dan berkembang meskipun mengalami tekanan global yang signifikan. Penggunaan teknologi dan penyesuaian strategi penggalangan dana juga merupakan bagian penting dari adaptasi mereka dalam menghadapi tantangan baru.