Perubahan dan Adaptasi dalam Struktur Organisasi ISIS
Tanggal: 1 Agu 2024 17:12 wib.
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) atau dikenal juga sebagai Daesh, adalah kelompok teroris yang muncul sebagai cabang dari Al-Qaeda sebelum akhirnya memisahkan diri dan menjadi organisasi teror global yang berpengaruh. Sejak pendiriannya, ISIS telah mengalami berbagai perubahan dan adaptasi dalam struktur organisasinya. Perubahan ini mencakup aspek kepemimpinan, strategi operasional, dan metode perekrutan anggota baru.
Sejarah Awal dan Struktur Awal
ISIS didirikan pada tahun 1999 oleh Abu Musab al-Zarqawi sebagai Jama'at al-Tawhid wal-Jihad (JTJ) sebelum bergabung dengan Al-Qaeda pada tahun 2004 dan menjadi Al-Qaeda di Irak (AQI). Setelah kematian Zarqawi pada tahun 2006, organisasi ini mengalami beberapa transformasi hingga akhirnya mengumumkan pembentukan negara Islam di Irak dan Suriah pada tahun 2013. Pada puncak kekuasaannya pada tahun 2014, ISIS berhasil menguasai wilayah yang luas di Irak dan Suriah.
Struktur awal ISIS sangat terpusat dengan Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemimpin tertinggi yang mengatur seluruh operasi. Wilayah yang dikuasai dibagi menjadi beberapa provinsi atau "wilayat", yang masing-masing dikelola oleh seorang gubernur yang ditunjuk langsung oleh Baghdadi. Struktur ini memungkinkan ISIS untuk mengontrol wilayah secara efektif dan menerapkan hukum syariah dengan ketat.
Perubahan dalam Kepemimpinan
Setelah kematian Abu Bakr al-Baghdadi pada tahun 2019 akibat serangan militer AS, ISIS mengalami perubahan signifikan dalam kepemimpinan. Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi diangkat sebagai pemimpin baru, tetapi kepemimpinannya tidak berlangsung lama karena ia juga tewas dalam operasi militer pada tahun 2022. Kepemimpinan ISIS kemudian jatuh ke tangan Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurashi.
Pergantian pemimpin ini menunjukkan adanya dinamika yang signifikan dalam struktur ISIS. Setiap pemimpin baru menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan kohesi organisasi di tengah tekanan militer yang terus meningkat. Perubahan ini juga menunjukkan kemampuan ISIS untuk tetap bertahan meskipun kehilangan pemimpin utamanya.
Adaptasi Strategi Operasional
Dengan kehilangan banyak wilayah dan tekanan militer yang terus meningkat, ISIS harus mengadaptasi strategi operasionalnya. Jika sebelumnya mereka mengandalkan penguasaan teritorial yang luas, kini mereka lebih fokus pada operasi gerilya dan serangan teroris di berbagai negara. Mereka memanfaatkan jaringan sel tidur yang ada di berbagai negara untuk melancarkan serangan secara sporadis.
Selain itu, ISIS juga memperluas operasinya di luar Timur Tengah dengan membentuk afiliasi di beberapa wilayah seperti Afrika Barat, Asia Tenggara, dan Afghanistan. Afiliasi ini beroperasi dengan otonomi yang relatif besar, tetapi tetap berkomitmen pada ideologi dan tujuan ISIS secara keseluruhan. Strategi ini memungkinkan ISIS untuk mempertahankan pengaruhnya meskipun kehilangan kendali teritorial.
Metode Perekrutan dan Propaganda
Dalam hal perekrutan, ISIS sangat efektif menggunakan media sosial dan internet untuk menarik anggota baru. Mereka memproduksi berbagai konten propaganda dalam berbagai bahasa untuk menjangkau audiens global. Konten ini seringkali berisi ajakan untuk melakukan hijrah (migrasi) ke wilayah yang dikuasai ISIS atau untuk melakukan serangan di negara asal masing-masing.
Namun, dengan meningkatnya pengawasan dan penutupan akun-akun terkait terorisme di media sosial, ISIS juga harus beradaptasi. Mereka mulai menggunakan platform yang lebih tertutup dan aman seperti Telegram untuk berkomunikasi dan merekrut anggota baru. Meskipun mengalami penurunan dalam jumlah perekrutan, ISIS tetap mampu menarik simpatisan yang cukup untuk melanjutkan operasinya.
Perubahan dan adaptasi dalam struktur organisasi ISIS menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan mereka dalam menghadapi tekanan militer dan kehilangan wilayah. Dengan mengganti pemimpin, mengubah strategi operasional, dan memperbarui metode perekrutan, ISIS terus berusaha mempertahankan pengaruhnya di dunia. Meski demikian, upaya global untuk melawan terorisme terus berlanjut dengan harapan dapat mengakhiri ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi ini.