Sumber foto: Google

Pertemuan Trump dan Ramaphosa Memanas, Video "Genosida Kulit Putih" Jadi Pemicu Ketegangan

Tanggal: 26 Mei 2025 12:35 wib.
Tampang.com | Pertemuan diplomatik antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa yang digelar di Gedung Putih, Rabu (21/5/2025), berakhir dengan suasana panas dan penuh ketegangan. Niat awal Ramaphosa untuk meredakan hubungan bilateral yang memburuk justru berubah menjadi momen kontroversial ketika Trump tiba-tiba memutar video yang ia klaim sebagai bukti genosida terhadap warga kulit putih di Afrika Selatan—tepat di hadapan Ramaphosa dan media internasional.

Dalam video tersebut, Trump menyampaikan narasi keras mengenai kekerasan terhadap petani kulit putih. “Tanah mereka diambil, lalu mereka dibunuh, dan pelakunya tidak dihukum,” ucapnya. Ia bahkan mengulang kalimat “kematian” berkali-kali sambil menunjukkan potongan berita dan gambar, termasuk salah satu yang ternyata berasal dari Republik Kongo, bukan Afrika Selatan.

Ramaphosa berusaha tetap tenang di tengah suasana yang memanas. Ia menolak keras tuduhan tersebut dan menjelaskan bahwa pengambilalihan lahan di negaranya dilakukan secara legal, bukan tindakan kekerasan atau diskriminatif. “Tidak ada yang bisa mengambil tanah begitu saja. Prosesnya berdasarkan hukum,” tegasnya. Ia juga menekankan bahwa sebagian besar korban kekerasan di Afrika Selatan berasal dari komunitas kulit hitam.

Kunjungan ini sejatinya dimaksudkan untuk menjembatani perbedaan pandangan yang muncul sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden. Pemerintah AS telah memotong bantuan luar negeri untuk Afrika Selatan, mengenakan tarif baru, dan bahkan mengusir duta besar negara tersebut. Ketegangan juga dipicu oleh gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Pidana Internasional terkait konflik Gaza, serta dukungan Trump terhadap miliarder Elon Musk yang kerap mengangkat isu genosida kulit putih.

Momen video itu semakin memperburuk suasana. Ramaphosa tampak kebingungan ketika klip ditayangkan dan sempat bertanya, “Ini di mana?” Menambah ketegangan, salah satu segmen menampilkan Julius Malema menyanyikan lagu kontroversial dari era apartheid, yang sering dikritik karena dianggap memicu kekerasan.

Meski demikian, Ramaphosa mencoba menutup pertemuan dengan nada positif. Ia mengutip ajaran Nelson Mandela tentang pentingnya dialog, dan berharap pertemuan ini menjadi langkah awal menuju perbaikan hubungan. “Saya rasa masih ada keraguan dalam pikirannya tentang semua ini,” kata Ramaphosa kepada wartawan, merujuk pada Trump.

Ramaphosa juga menyebutkan bahwa ia optimistis Trump akan menghadiri KTT G20 yang akan digelar di Johannesburg pada November mendatang. Namun, dengan ketegangan yang belum mereda dan respons publik yang terbelah, masa depan hubungan kedua negara tampaknya masih bergantung pada langkah lanjutan dari masing-masing pemimpin.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved