Perpecahan Sejarah India: Terpecah Jadi Pakistan dan Bangladesh
Tanggal: 15 Mei 2025 20:09 wib.
Pada pagi hari Rabu, 7 Mei 2025, India melakukan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Pakistan dan Kashmir yang berada di bawah kendali Pakistan. Ledakan yang disebabkan oleh serangan ini terdengar jelas di berbagai lokasi, seperti Kota Bahawalpur, Muridke, Bagh, Muzaffarabad, dan Kotli yang merupakan daerah yang diperebutkan. Konflik antara India dan Pakistan bukanlah hal yang baru. Ketegangan ini telah berlangsung selama beberapa dekade, berakar dari sejarah pembentukan negara-negara tersebut sebagai entitas berdaulat.
Sejarah awal perpecahan ini berkaitan dengan dominasi kolonial Inggris di anak benua India dari tahun 1858 hingga 1947. Ketika masa penjajahan berakhir, wilayah yang kaya akan keragaman budaya dan etnis ini dibagi menjadi dua negara merdeka. Pakistan, dengan mayoritas penduduk Muslim, merdeka pada 14 Agustus 1947 sebagai dua wilayah yang terpisah secara geografis, yaitu Pakistan Barat dan Pakistan Timur. Sementara itu, India yang mayoritas penduduknya adalah penganut Hindu dan mengusung prinsip sekularisme, merdeka sehari setelahnya, pada 15 Agustus 1947.
Proses pemisahan ini berlangsung dalam suasana chaos dan kekerasan yang mengerikan, memicu salah satu migrasi terbesar dan paling berdarah dalam sejarah. Sekitar 15 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan kekerasan antaragama antara umat Muslim, Hindu, dan Sikh melanda berbagai tempat. Angka korban jiwa diperkirakan bervariasi antara 200 ribu hingga 2 juta orang.
Dari perpecahan ini muncul berbagai konflik perbatasan dan gerakan separatis. Salah satu sumber utama ketegangan antara India dan Pakistan adalah status wilayah Kashmir, yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Pada awalnya, penguasa Kashmir mengusulkan agar wilayahnya tetap merdeka, tetapi hingga kini, statusnya masih menjadi masalah yang belum terpecahkan.
Pada Oktober 1947, perang pertama meletus di Kashmir ketika kelompok bersenjata dari Pakistan melancarkan serangan ke kawasan tersebut. Dalam situasi kritis, penguasa Kashmir meminta bantuan militer dari India untuk mengendalikan situasi. Namun, sebagai syarat, India mengharuskan Kashmir untuk secara resmi bergabung dengan negara tersebut. Pertempuran berlanjut hingga tahun 1948 dan berakhir dengan pembagian wilayah Kashmir. Pakistan berhasil menguasai sebagian wilayah barat, sementara India menguasai sebagian besar area lainnya. Sementara itu, Tiongkok menguasai dua wilayah kecil di bagian utara Kashmir. India tetap mengklaim keseluruhan wilayah Kashmir, sementara Pakistan menuntut hanya bagian yang di bawah kendali India, dan tidak menuntut wilayah yang dikuasai oleh Tiongkok.
Pada tahun 1965, ketegangan kembali memuncak dengan perang kedua yang terjadi di wilayah Kashmir. Dalam konflik ini, antara 26.000 hingga 33.000 tentara Pakistan, yang menyamar sebagai warga sipil Kashmir, menyusup ke wilayah yang dikuasai India. Ketegangan memuncak ketika pasukan India melintasi perbatasan internasional menuju kota Lahore di Pakistan. Perang berakhir tanpa kemenangan yang jelas, namun menghasilkan gencatan senjata.
Setahun kemudian, pada 1966, Perdana Menteri India, Lal Bahadur Shastri, dan Presiden Pakistan, Mohammad Ayub Khan, menandatangani Perjanjian Tashkent, yang difasilitasi oleh Uni Soviet. Perjanjian ini bertujuan untuk memulihkan hubungan diplomatik dan ekonomi antara kedua negara. Namun, perdamaian yang rapuh tidak bertahan lama.
Konflik berdarah lainnya muncul pada tahun 1971, ketika ketegangan antara Pakistan Timur dan Pakistan Barat mencapai puncaknya. Presiden Zulfikar Ali Bhutto menolak mengangkat Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin Liga Awami yang memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan umum Pakistan 1970, sebagai perdana menteri. Pada Maret 1971, militer Pakistan melancarkan operasi di Dhaka, Pakistan Timur, yang menyebabkan banyak kekerasan.
Situasi ini memaksa India untuk terlibat secara langsung dengan mengirimkan pasukan guna membantu Pakistan Timur. Pada bulan Desember di tahun yang sama, pasukan Pakistan akhirnya menyerah, dan Pakistan Timur meraih kemerdekaannya, menjadi sebuah negara baru yang dikenal sebagai Bangladesh. Tajuddin Ahman ditetapkan sebagai Perdana Menteri Bangladesh pertama, memimpin negara tersebut dari 16 Desember 1971 hingga 12 Januari 1972.
Sejarah perpecahan India ini mencerminkan kerumitan dinamika politik dan sosial yang berlangsung selama bertahun-tahun, dan kekuatan kontestasi yang terus berlanjut hingga saat ini.