Perlindungan Kesehatan Mental Tentara Israel: Realita yang Mengejutkan
Tanggal: 13 Jun 2024 04:41 wib.
Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik antara Palestina dan Israel telah menciptakan situasi yang sangat tegang dan berbahaya bagi para tentara yang terlibat di medan perang. Baru-baru ini, temuan yang mengejutkan telah muncul terkait dengan kesehatan mental para tentara Israel yang terlibat dalam konflik di Gaza.
Pada Jumat (7/6), media Walla melaporkan kisah tragis tentang Eliran Mizrahi, seorang tentara cadangan Israel yang mengakhiri hidupnya setelah menerima perintah untuk kembali ke Gaza dan terlibat dalam serangan terhadap wilayah tersebut. Mizrahi, yang merupakan seorang veteran IDF, dikirim kembali ke Gaza setelah serangan dadakan Hamas ke Israel pada 7 Oktober. Luka-luka yang dialaminya pada bulan April sebelumnya serta masalah kesehatan mental yang dihadapinya kemudian menjadi beban tersendiri bagi Mizrahi.
Media Israel Channel 12 juga melaporkan bahwa Mizrahi dikenal sebagai seorang prajurit yang sudah mengalami masalah kesehatan. Menurut laporan medis, dia juga menderita gangguan stress pasca-trauma (PTSD) akibat pengalamannya di medan perang. Keluarga Mizrahi bahkan menyatakan bahwa dia menolak untuk memberitahukan IDF tentang kondisi kesehatan jiwanya atau mengaku sebagai prajurit yang gugur, hal ini menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh para tentara dalam menghadapi masalah kesehatan mental di tengah tekanan perang.
Bukan hanya Mizrahi, Haaretz melaporkan bahwa sejak Oktober, sepuluh perwira dan beberapa tentara Israel lainnya telah melakukan bunuh diri. Selain itu, pada pertengahan Maret, IDF sendiri mengakui bahwa personel mereka menghadapi masalah kesehatan mental. Realitas yang mengejutkan ini menunjukkan bahwa perlindungan terhadap kesehatan mental para tentara Israel menjadi suatu hal yang sangat mendesak untuk diperhatikan.
Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan dalam kurun waktu tersebut, para tentara Israel terlibat dalam serangkaian operasi militer yang memakan korban jiwa yang besar, baik di pihak musuh maupun di pihak mereka sendiri. Selama ini, fokus utama mungkin lebih banyak tertuju pada korban-korban fisik yang terjadi selama pertempuran, namun penting untuk diingat bahwa dampak psikologis dari tekanan perang juga tidak boleh diabaikan.
Selain itu, Israel sendiri masih terus melancarkan agresi ke Gaza sejak Oktober 2023. Serangan besar-besaran yang dilakukan terhadap kamp pengungsian dan fasilitas sipil di Rafah telah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi penduduk Palestina. Lebih dari 37.000 orang di Palestina telah kehilangan nyawa mereka dalam konflik ini, dimana mayoritas korban tewas adalah anak-anak dan perempuan. Data ini menjelaskan betapa parahnya situasi di medan perang, bukan hanya dari segi fisik tetapi juga dari segi psikologis.
Kesehatan mental tentara adalah aspek yang sangat penting dan harus menjadi prioritas bagi setiap negara yang terlibat dalam konflik atau operasi militer. Perlindungan dan perawatan kesehatan mental bagi para prajurit sangatlah vital, karena tekanan dan trauma yang mereka alami dalam medan perang dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius.
Maka, dari kisah tragis Eliran Mizrahi dan realitas mengenai masalah kesehatan mental para tentara Israel, kita dapat melihat betapa pentingnya upaya untuk meningkatkan perlindungan dan perawatan kesehatan mental bagi para tentara yang terlibat dalam konflik. Perlunya investasi dalam program kesehatan mental dan penyediaan layanan psikologis bagi para tentara menjadi suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan. Dengan demikian, keselamatan dan kesejahteraan para prajurit yang bertaruh nyawa mereka di medan perang dapat terjaga dengan baik. Jika hal ini diabaikan, tidak hanya korban fisik yang akan menjadi akibat dari konflik, tetapi juga korban jiwa yang tertinggal di medan perang.