Peringati Gencatan Senjata Perang Korea, Korut Janjikan Kehancuran Total untuk Musuhnya
Tanggal: 2 Agu 2024 21:38 wib.
Korea Utara telah menyatakan sumpahnya untuk "menghancurkan sepenuhnya" musuh-musuhnya jika terjadi perang, dengan pemimpin Kim Jong-un memberi perintah. Pernyataan ini dilaporkan oleh media pemerintah KCNA pada Minggu, tanggal 28 Juli 2024.
Pada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh Kim untuk merayakan ulang tahun gencatan senjata Perang Korea ke-71, pejabat militer senior seperti Kolonel Angkatan Darat Ri Un Ryong dan Letnan Komandan Angkatan Laut Yu Kyong Song mengeluarkan komentar "karena kebencian yang meluap" terhadap Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan. Pertemuan ini dilakukan pada Sabtu, tanggal 27 Juli 2024, sesuai laporan dari KCNA.
Korea Utara dan Amerika Serikat tidak menjalin hubungan diplomatik, dan pembicaraan mengenai pengurangan ketegangan dan denuklirisasi Korea Utara telah terhenti sejak tahun 2019. Media pemerintah Korea Utara baru-baru ini menyatakan bahwa mereka tidak berharap hal itu akan berubah, tidak peduli siapa yang terpilih berikutnya di Gedung Putih.
Selain itu, para pejabat militer Korea Utara menuduh AS dan Korea Selatan "bertekad untuk memprovokasi perang nuklir." Mereka juga bersumpah untuk memperkuat efisiensi perang guna melancarkan "serangan dahsyat terhadap musuh kapan saja dan tanpa penundaan serta menghancurkan mereka sepenuhnya setelah Panglima Tertinggi yang terhormat Kim Jong-un memberi perintah."
Tanggal 27 Juli di Korea Utara disebut sebagai "Hari Kemenangan," sementara Korea Selatan tidak memiliki perayaan besar untuk memperingati hari tersebut.
Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata namun tidak dengan perjanjian pada 27 Juli 1953 yang melibatkan Amerika Serikat dan China. Meskipun demikian, kedua belah pihak secara teknis masih dalam masa perang. Para jenderal AS, yang mewakili pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mendukung Korea Selatan, menandatangani perjanjian tersebut.
Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran akan ketegangan yang semakin meningkat di Semenanjung Korea. Sementara itu, upaya untuk menyelesaikan perselisihan di antara kedua belah pihak terkait denuklirisasi nampaknya masih belum menemui titik terang.
Data terkait menunjukkan bahwa Korea Utara telah mengalokasikan sebagian besar anggaran negaranya untuk keperluan militer, sementara rakyatnya masih dihadapkan pada kekurangan pangan dan kesehatan. Situasi ini menimbulkan keprihatinan terhadap kesejahteraan rakyat Korea Utara di tengah ketegangan geopolitik yang terus meningkat.