Sumber foto: iStock

Perang Saudara Myanmar Terus Berlanjut, Milisi Kuasai Pangkalan Militer

Tanggal: 14 Sep 2024 05:32 wib.
Situasi perang di Myanmar masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Sejumlah milisi etnis di negara tersebut terus melancarkan serangan terhadap situs-situs yang dikuasai oleh junta militer sejak kudeta yang terjadi pada tahun 2021.

Pada Kamis, pasukan etnis Arakan Army (AA) merebut pangkalan Penyelaman dan Penyelamatan Angkatan Laut Pusat di wilayah Rakhine. Mereka berhasil merebut pangkalan tersebut setelah berhasil mengalahkan sekitar 1.200 personel militer yang berada di wilayah tersebut.

Selain merebut pangkalan tersebut, AA juga mempublikasikan foto-foto para pejuangnya yang berdiri di dekat papan loncat di pusat pelatihan yang terdapat di dalam wilayah pangkalan militer tersebut. Mereka juga menyatakan bahwa lebih dari 400 tentara junta tewas selama serangan mereka, serta berhasil menyita senjata, amunisi, dan peralatan militer.

Myanmar telah terperangkap dalam konflik perang saudara sejak junta militer di bawah pimpinan Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan sipil pada bulan Februari 2021. Kudeta yang terjadi pada saat itu telah menimbulkan reaksi publik yang besar, dimana demonstrasi besar-besaran dilancarkan untuk menolak kudeta tersebut, dan akhirnya dibubarkan secara brutal.

Reaksi keras juga datang dari beberapa milisi etnis di Myanmar, seperti Kachin dan Arakan, yang mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis. Pe Than, mantan anggota parlemen untuk Partai Nasional Arakan, menjelaskan bahwa pangkalan yang direbut AA merupakan fasilitas pelatihan utama untuk angkatan laut. Maka dari itu, kehilangan kontrol atas pangkalan tersebut akan menjadi pukulan yang sangat signifikan bagi militer junta.

Menurut Pe Than, hilangnya pangkalan tersebut akan berdampak pada pelatihan dan pertempuran militer. Selain itu, kehilangan kendali atas pangkalan tersebut juga akan melemahkan angkatan laut dan angkatan darat junta, seperti memotong salah satu sayap burung. Kekalahan tersebut tidak hanya akan merusak moral dan reputasi junta, tetapi juga akan memberikan lebih banyak sumber daya kepada AA melalui kendali barang-barang yang masuk melalui pelabuhan terdekat.

AA mengungkapkan bahwa mereka memperkirakan adanya pembalasan dari junta terhadap warga sipil di daerah tersebut. Penyelidik hak asasi manusia juga mengungkapkan bahwa pasukan junta semakin gencar menyerang sasaran sipil saat mereka kehilangan wilayah dari pasukan pemberontak di berbagai wilayah negara itu. Selain merebut pangkalan di Rakhine, AA juga berhasil menguasai sembilan kotapraja di negara bagian Rakhine dan satu di negara bagian tetangga, Chin. Selain itu, mereka terus berjuang untuk menguasai penuh tiga kotapraja lainnya.

Konflik di Myanmar masih terus berlanjut, dan situasi tersebut semakin menunjukkan kompleksitasnya. Diperlukan upaya diplomasi dan mediasi yang kuat dari pihak-pihak terkait, baik dari dalam maupun luar Myanmar, untuk mencari solusi damai dan menyelesaikan konflik ini. Aksi humaniter juga perlu ditingkatkan untuk menangani dampak kemanusiaan yang dihadapi oleh rakyat Myanmar akibat dari perang yang terus berkepanjangan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved