Perang Rusia-Ukraina Semakin Memanas, AS Tambah Bantuan Rp27,7 Triliun untuk Kyiv
Tanggal: 30 Jul 2024 18:33 wib.
Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengumumkan bantuan militer senilai US$1,7 miliar atau sekitar Rp27,7 triliun untuk Ukraina. Bantuan ini merupakan upaya dari AS untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi konflik yang terus berlanjut dengan Rusia. Pada Senin (29/7/2024), laporan Associated Press mencatat bahwa paket bantuan terbaru ini mengalokasikan US$1,5 miliar (Rp24,4 triliun) untuk kontrak jangka panjang di bawah Prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina dan tambahan US$200 juta (Rp3,2 triliun) untuk bantuan militer langsung yang bersumber dari persediaan Pentagon.
Langkah AS ini telah menuai perhatian global, terutama karena konflik antara Rusia dan Ukraina telah memasuki fase yang semakin memanas. Bantuan ini juga mencerminkan komitmen AS untuk mendukung Ukraina dalam melindungi kedaulatannya dan menghadapi tekanan dari Rusia.
Pada salah satu pernyataannya, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengungkapkan bahwa paket bantuan tersebut mencakup "kemampuan utama untuk pertempuran," dan menekankan bahwa bantuan terbaru tersebut merupakan yang kesembilan sejak April setelah Kongres AS menyetujui dana tambahan untuk bantuan militer ke Ukraina.
Bantuan militer AS terbaru untuk Ukraina meliputi pencegat pertahanan udara, roket, artileri, dan senjata anti-tank. Ini adalah langkah penting yang dimaksudkan untuk memperkuat pertahanan Ukraina di tengah konflik yang terus berkecamuk. Sejumlah senjata dan peralatan dikirim melalui kewenangan penarikan pasukan presiden, yang memungkinkan Pentagon untuk secara langsung mentransfer senjata dari persediaannya.
Lebih spesifik lagi, persenjataan pertahanan udara yang disertakan dalam bantuan ini akan mencakup amunisi untuk Sistem Rudal Permukaan-ke-Udara Canggih Nasional (NASAMS) dan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS). Selain itu, AS juga akan menyediakan sistem komunikasi yang aman, pendanaan untuk layanan citra satelit komersial, dan peralatan pembongkaran.
Meskipun keputusan AS untuk memberikan bantuan militer kepada Ukraina dapat menjadi kontroversial di mata Rusia, namun hal ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk memastikan agar Ukraina dapat terus melindungi diri dari ancaman yang datang dari Rusia. Bantuan ini juga menunjukkan bahwa Ukraina bukanlah sendirian dalam menghadapi tekanan tersebut.
Selain itu, pengumuman bantuan militer AS terbaru untuk Ukraina datang tak lama setelah pertemuan puncak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Washington, di mana anggota aliansi berjanji untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina di tengah konflik dengan Rusia. Keterlibatan NATO dalam kasus ini menegaskan pentingnya hubungan antar negara untuk mendukung perdamaian dan keamanan global.
Peran AS dalam memberikan bantuan militer kepada Ukraina juga merupakan bagian dari strategi global mereka untuk menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa Timur. Dalam konteks ini, AS tidak hanya bertindak sendiri, tetapi juga bekerja sama dengan negara-negara lain untuk memberikan dukungan kepada Ukraina.
Sejak perang dimulai, AS telah memberikan lebih dari US$55,4 miliar (Rp88 triliun) dalam bentuk senjata dan bantuan keamanan ke Ukraina. Jumlah ini menunjukkan komitmen AS dalam mendukung Ukraina melalui konflik yang berkepanjangan dengan Rusia. Sementara itu, kelompok penelitian independen, Kiel Institute for the World Economy, mencatat bahwa negara-negara NATO dan mitra internasional telah menyumbang sekitar US$50 miliar (Rp815 triliun) dalam bentuk bantuan keamanan. Data ini menggarisbawahi bahwa dukungan terhadap Ukraina tidak hanya berasal dari AS, tetapi juga dari aliansi internasional yang lebih luas.