Sumber foto: iStock

Perang Dunia Ketiga di Ambang Pintu! Putin Kuat - Kekuatan Eropa Terancam Menciut

Tanggal: 13 Jul 2024 18:48 wib.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina, yang beberapa analis gambarkan sebagai pintu menuju Perang Dunia Ketiga (PD 3), semakin menegang. Aliansi militer NATO bergabung memberikan bantuan kepada Ukraina, memperumit situasi yang sudah rapuh. Propaganda nuklir pun telah diumumkan oleh Moskow, mengejutkan dunia internasional. Mereka mengancam akan meluncurkan senjata nuklir dalam menghadapi intervensi langsung dari negara-negara Barat di Ukraina yang dianggap meresahkan wilayah Rusia.

Sejarawan militer Jenderal Sir Patrick Sanders mengungkapkan bahwa kengerian perang ini sudah terlihat di depan mata. Beberapa analisis bahkan menyebut potensi kekalahan Rusia di jangka panjang, memunculkan persepsi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin akan menggunakan senjata nuklir jika memang diperlukan. Dalam konteks ini, para negara Barat hanya memiliki waktu hingga akhir dekade ini untuk mempersenjatai diri secara memadai demi menangkal serangan Rusia di wilayah NATO, yang pada gilirannya akan memicu reaksi dari Rusia terhadap negara-negara NATO.

Tidak hanya itu, sejak awal perang, propaganda dari Moskow telah mempersiapkan rakyat Rusia untuk menerima penggunaan senjata nuklir, mengancam negara-negara NATO yang berbatasan dengan Rusia dan Ukraina seperti Lithuania dan Polandia. Tentu saja, ancaman ini menggusarkan stabilitas wilayah dan membangkitkan ketegangan di seluruh Eropa.

Bulan lalu, seorang analis militer mengungkapkan dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Russia-1, bahwa hanya dalam waktu 10 atau 15 menit, 30 hingga 40 nuklir Rusia dapat menghapus Polandia beserta penduduknya dalam sekejap. Hal ini menunjukkan tingkat keganasan yang dapat terjadi dalam konflik yang semakin memanas ini.

Menurut Jenderal Sir Patrick Sanders, yang menghabiskan tiga dekade dalam pemantauan konflik di seluruh dunia sebelum menjadi sejarawan militer, Putin mampu melakukan banyak hal dalam situasi terpojok. Hal ini menandakan tingkat kepemimpinan yang kuat dari pihak Rusia dalam menghadapi situasi sulit ini.

Di sisi lain, Rusia terus memainkan peran dalam panggung global, meskipun mendapat tekanan dari kelompok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Saat ini, Kremlin terus memperkuat aliansinya dengan Iran, India, dan China. Langkah ini ditunjukkan dengan mengirimkan pasukan ke wilayah Belarus, yang merupakan proksi dan satelit dari Rusia, untuk melakukan latihan terorisme bersama setelah Minsk resmi menjadi anggota Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO). Hal ini tentu saja menunjukkan adanya integrasi kekuatan antara Rusia dan sekutunya, yang pada gilirannya semakin memperkuat posisi Rusia di panggung global.

Di momen hampir bersamaan, Perdana Menteri India Narendra Modi, yang merupakan pemimpin negara demokrasi terbesar di dunia, secara mengejutkan menyambut Putin dengan pelukan ketika dia tiba di Rusia untuk kunjungan kenegaraan dua hari. Hal ini kontras dengan kekesalan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menunjukkan adanya pergeseran dalam tatanan politik global.

Di sisi lain, kekuatan Barat mulai mengalami erosi. Pakar kebijakan di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, Hugh Lovatt, Editor keamanan dan pertahanan Sky News, Deborah Haynes, serta pengamat dari The Diplomat, Michael Vatikiotis, juga memberikan pandangan bahwa kekuatan Barat tengah mengalami pergeseran. Eropa mulai membahas risiko keamanan lebih serius, dengan negara-negara yang sebelumnya netral seperti Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO setelah perdebatan yang signifikan.

Dalam konteks geopolitik yang semakin rumit ini, perang Israel dan Gaza mengacu pada hubungan lebih luas antara Iran, Barat, dan kekuatan internasional lainnya. Keterlibatan Barat dalam konflik ini mengindikasikan adanya polarisasi baru dalam politik global yang kemungkinan dapat berdampak pada arah konflik global di masa depan.

Ketidakpastian dan pengabaian terhadap aturan global yang ada dapat memicu konflik yang lebih besar di masa depan. Sementara itu, kesempatan bagi negara-negara Barat untuk membangun kekuatan militer dan diplomasi yang solid semakin menipis. Hal ini semakin membuka peluang bagi pengaruh Rusia dan sekutunya dalam menentukan arah politik global.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved