Perang Dunia 3 Mengintai, NATO Waspadai 4 Negara Paling 'Mematikan'
Tanggal: 19 Jul 2024 12:47 wib.
Hubungan antara negara Barat dengan sejumlah rivalnya terus memanas dan meningkatkan risiko Perang Dunia 3. Isu ini telah menjadi pembahasan dalam KTT aliansi militer Barat, NATO, pekan lalu di Washington DC, Amerika Serikat (AS). Dalam forum itu, sejumlah anggota menyoroti ancaman dan 'tantangan sistemik' yang ditimbulkan oleh Rusia, China, Korea Utara, dan Iran. Para pakar geopolitik dan pertahanan mengatakan Barat kini harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh-musuh tersebut.
Mantan Sekjen NATO George Robertson memperingatkan bahwa angkatan bersenjata Inggris harus memiliki kapasitas untuk menghadapi kuartet 'mematikan' yang berisi 4 negara ini. Pasalnya, mereka terus bekerja sama dan memperkuat hubungan satu dengan yang lain. "Kita dihadapkan pada kuartet negara-negara yang semakin banyak bekerja sama. Kita di negara ini dan aliansi NATO... harus mampu menghadapi kuartet tersebut serta masalah-masalah lain yang melanda dunia," ujarnya dalam sebuah kolom di SkyNews, dikutip Jumat (19/7/2024).
Penggunaan kata 'mematikan' dari Robertson merujuk pada China. Dalam deklarasi KTT NATO, Negeri Tirai Bambu digambarkan sebagai 'pendukung yang menentukan' perang Rusia melawan Ukraina dan menimbulkan 'tantangan sistemik terhadap keamanan Euro-Atlantik'. Pertemuan para pemimpin NATO di Washington sepakat bahwa kebijakan dan ambisi China bertentangan dengan kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai pakta pertahanan tersebut. Pernyataan ini memposisikan Beijing sebagai lawan utama aliansi tersebut.
Kepada Rusia, NATO menggambarkan Moskow telah 'menghancurkan' perdamaian dan stabilitas di Barat dengan serangannya ke Ukraina. Kemampuan nuklir Rusia serta tindakan gabungan melalui proxy, seperti aktivitas dunia maya dan provokasi di perbatasan negara sekutu, semuanya dianggap sebagai ancaman oleh NATO. Sekutu Rusia, Korea Utara dan Iran, juga dituduh "memicu perang agresi Rusia" terhadap Ukraina dengan memberikan dukungan militer langsung kepada Moskow, yang menurut NATO, "berdampak serius pada keamanan Euro-Atlantik dan melemahkan rezim non-proliferasi global."
Rusia dan Korea Utara menyangkal adanya transfer senjata. Iran sebelumnya telah menyebut pihaknya memasok drone ke Rusia, namun mengklaim telah mengirimkannya sebelum perang dimulai. China membantah memasok senjata ke Rusia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dilaporkan menggambarkan komentar terbaru NATO sebagai "bias, fitnah, dan provokatif."
Pendiri dan presiden Eurasia Group, Ian Bremmer, mengatakan KTT NATO terbaru menunjukkan bahwa Barat dan lawan-lawannya tampaknya memposisikan diri mereka dalam "postur Perang Dingin yang baru." "Dicapnya China sebagai musuh utama akan meningkatkan tekanan untuk memisahkan diri dari China dalam sektor-sektor penting yang strategis bagi Eropa," ujarnya.
Kedigdayaan Ekonomi Bagaimana Barat dapat menghadapi musuh-musuh tersebut masih harus dilihat. Rusia, Korea Utara, dan Iran sudah terkena sanksi internasional yang besar, dan pembatasan terhadap perdagangan internasional bisa dibilang telah mendorong mereka menjadi lebih dekat satu sama lain. Namun bila mengalamatkan pernyataan NATO terkait pertentangan dengan China, hal ini masih perlu didalami lebih lanjut. Pasalnya, China merupakan salah satu motor ekonomi yang kuat.
"NATO lebih banyak mengidentifikasi dan mengagumi masalah tersebut, daripada menguraikan apa yang harus dilakukan aliansi itu mengenai masalah tersebut," kata Ed Arnold, peneliti senior Keamanan Eropa di departemen Keamanan Internasional di lembaga pemikir Royal United Services Institute.
Holger Schmieding, kepala ekonom di Berenberg Bank, mengatakan superioritas ekonomi Barat dapat membantunya untuk menang. Pasalnya, Barat memiliki sumber daya yang besar, sementara China dirasanya sudah mencapai titik maksimal. "Sangat mudah untuk menjadi pesimistis terhadap prospek negara-negara maju sebagai pembela kebebasan, perdamaian dan demokrasi. Tapi itu salah. Waktu tidak berpihak pada musuh-musuh Barat. Porsi China dalam PDB global tampaknya mencapai puncaknya, Rusia akan berjuang untuk melakukan perang yang memakan banyak biaya, dan Iran semakin berubah menjadi seperti Korea Utara," tuturnya.
Dalam konteks geopolitik global, ancaman perang dunia ketiga semakin nyata. KTT NATO dan pernyataan-pernyataan dari para pejabat tinggi aliansi tersebut menegaskan bahwa negara-negara Barat telah menetapkan rival-rival mereka, termasuk China, Rusia, Korea Utara, dan Iran, sebagai musuh utama. Hal ini memberikan gambaran jelas bahwa hubungan antarnegara terus memanas dan meningkatkan risiko konflik yang sangat berbahaya bagi keamanan global.
Penyampaian peringatan-peringatan dari para pakar geopolitik dan pertahanan mengenai risiko dan tantangan sistemik yang ditimbulkan oleh keempat negara tersebut, menegaskan perlunya kesiapan Barat dalam menghadapi musuh-musuh potensial tersebut. Khususnya, pernyataan bahwa China dianggap sebagai musuh utama aliansi NATO, menampilkan sebuah perspektif baru dalam hubungan internasional, di mana rivalitas antara Barat dan sejumlah negara lain semakin meningkat.
Dalam hal ini, wacana mengenai kemungkinan terjadinya Perang Dunia 3 tidaklah berlebihan. Ancaman dari negara-negara 'mematikan' tersebut, baik dalam bentuk agresi militer maupun kebijakan luar negeri yang tidak sejalan dengan kepentingan Barat, menciptakan ketegangan yang harus dipersiapkan dengan serius.