Perang Dagang Sedang Memanas, China Boikot Pengiriman Pesawat Boeing dari AS
Tanggal: 17 Apr 2025 09:18 wib.
Pemerintah China baru-baru ini mengeluarkan kebijakan tegas yang memerintahkan seluruh maskapai penerbangan domestik untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing dari Amerika Serikat. Tindakan ini menjadi langkah yang signifikan di tengah ketegangan yang semakin meningkat dalam perang dagang antara AS dan China. Laporan mengenai langkah tersebut pertama kali dipublikasikan oleh Bloomberg News pada Selasa, 15 April 2025, dan diambil dari sumber yang memahami isi kebijakan itu.
Bukan hanya pengiriman pesawat yang ditunda, melainkan juga terdapat arahan bagi maskapai-maskapai China untuk menangguhkan pembelian suku cadang serta peralatan pesawat dari perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS. Boikot ini terjadi di tengah serangkaian kebijakan tarif balasan yang saling dikeluarkan oleh kedua negara, yang semakin memanas sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS pada Januari 2025 lalu.
Dalam kebijakan ini, pemerintahan AS telah memberlakukan tarif impor yang melonjak hingga 145 persen terhadap beragam produk yang berasal dari China. Sebagai responsnya, pemerintah Beijing membalas dengan mengenakan tarif yang mencapai 125 persen pada sejumlah produk impor asal AS. Beijing dengan tegas mengkritik kebijakan tarif ini sebagai bentuk intimidasi dan pelanggaran hukum, dengan keyakinan bahwa kenaikan tarif dalam jangka panjang tidak akan memberikan kontribusi positif dalam meredakan ketegangan yang ada dalam perdagangan internasional.
Mengenai dampaknya, kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS dijadwalkan akan langsung mempengaruhi biaya impor pesawat serta komponen dari AS. Menurut laporan yang dirilis oleh AFP, keputusan China ini kemungkinan akan memicu lonjakan harga bagi maskapai-maskapai yang saat ini masih terikat pada kontrak penyewaan pesawat Boeing. Laporan lebih lanjut dari Bloomberg menyatakan bahwa pemerintah China sedang mempertimbangkan opsi untuk memberikan dukungan kepada maskapai-maskapai tersebut, terutama bagi mereka yang terpaksa menghadapi beban biaya tambahan akibat ketidakpastian ini.
Di sisi lain, Presiden Trump, yang dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang seringkali penuh kejutan, pada minggu lalu sempat mengumumkan keputusan untuk menghentikan sementara rencana kenaikan tarif lebih lanjut terhadap produk-produk tertentu. Namun, pengumuman tersebut tidak diiringi dengan kebijakan penangguhan yang konkret dari pihak AS untuk memberikan kelonggaran kepada China.
Tidak hanya itu, pada hari Jumat menjelang akhir pekan, pejabat AS juga mengumumkan bahwa beberapa produk teknologi tertentu, seperti ponsel pintar, semikonduktor, dan komputer, mendapatkan pengecualian dari tarif impor. Langkah ini menunjukkan kompleksitas kebijakan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini, yang terus berusaha menemukan jalan tengah di tengah ketegangan yang ada. Ketika kedua negara ini terus berhadapan, dampak dari setiap keputusan yang diambil tidak hanya akan berpengaruh pada hubungan bisnis antara AS dan China, tetapi juga pada kestabilan ekonomi global secara keseluruhan.