Penutupan Resmi USAID: Kembali ke AS dalam Waktu Singkat
Tanggal: 5 Feb 2025 18:33 wib.
Tampang.com | Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, yang lebih dikenal sebagai USAID, telah secara resmi ditutup oleh pemerintahan Donald Trump. Langkah tersebut memerintahkan semua staf badan ini untuk kembali ke Amerika Serikat selambat-lambatnya pada hari Jumat, 7 Februari 2025. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh CBS News, berdasarkan sumber-sumber terpercaya yang mengamati perkembangan situasi tersebut.
Pada hari Selasa, Pete Marocco, wakil administrator yang baru diangkat untuk USAID, mengadakan pertemuan dengan pimpinan Departemen Luar Negeri. Dalam pertemuan ini, muncul instruksi dari pemerintah AS kepada Departemen Luar Negeri untuk mengekstradisi semua karyawan USAID yang tersebar di seluruh dunia. Dalam jadwal yang sangat ketat itu, jika Departemen Luar Negeri gagal melaksanakan instruksi tersebut, staf akan dievakuasi dengan bantuan militer AS menurut laporan beberapa sumber.
USAID memiliki peran yang sangat signifikan dengan menyediakan bantuan kemanusiaan kepada lebih dari 100 negara di dunia. Bantuan tersebut mencakup penanganan bencana, layanan kesehatan dan medis, serta program penyediaan makanan darurat bagi yang membutuhkan. Sebuah laporan dari Congressional Research Service mengindikasikan bahwa USAID mempunyai lebih dari 10.000 karyawan, di mana sekitar dua pertiga dari mereka bertugas di luar negeri, mengoperasikan lebih dari 60 misi negara dan regional.
Masa depan USAID, yang telah berdiri sejak tahun 1961 untuk memerangi kemiskinan, memperkuat demokrasi, dan melindungi hak asasi manusia serta kesehatan global, kini berada dalam ketidakpastian yang mengkhawatirkan. Pemerintahan Trump, bersama dengan sekutunya seperti miliarder Elon Musk, yang kini menjabat sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah atau DOGE, telah menargetkan USAID dalam upaya mereka untuk memangkas ukuran pemerintah federal. Musk secara terbuka menyatakan bahwa ia melihat badan ini tidak dapat diperbaiki lagi.
Ketika ditanya mengenai potensi penghentian USAID, Trump tidak memberikan bantahan. Ia bahkan memuji Musk karena melakukan pengawasan terhadap lembaga ini, menyatakan bahwa banyak penipuan yang ditemukan oleh Musk dalam laporan terkait USAID. Trump juga menambahkan bahwa pendanaan telah diberikan kepada berbagai kelompok yang dengan seharusnya tidak berhak mendapatkan dukungan dana.
Atul Gawande, mantan direktur USAID Global Health, mengungkapkan keprihatinan mendalam mengenai keputusan ini. "Kita berbicara tentang pekerja tanggap bencana, para tenaga kesehatan, dan individu-individu yang melakukan kebaikan untuk melindungi keamanan Amerika di seluruh dunia," ujarnya. Gawande juga menyoroti dampak yang lebih luas dari langkah tersebut, seperti program penanganan HIV global yang melibatkan 20 juta orang, jika disetop dapat berarti mematikan akses mereka terhadap obat-obatan yang menyelamatkan jiwa. Ia juga mengingatkan tentang kemungkinan munculnya wabah penyakit yang tidak terpantau lagi di belasan negara.
Di tahun fiskal 2023, USAID mengelola lebih dari US$ 40 miliar dana, meskipun jumlah tersebut kurang dari 1 persen dari total anggaran federal. Sebagian besar dana tersebut difokuskan untuk mendukung program tata kelola dengan tujuan memperkuat dan mengembangkan sistem pemerintahan yang demokratis. Negara-negara penerima dana terbesar dari USAID di tahun fiskal 2023 mencakup Ukraina, Ethiopia, dan Yordania.
Penutupan staf ini tidak hanya berdampak pada pegawai USAID, tetapi juga terhadap para pejabat dinas luar negeri yang telah bertahun-tahun bertugas di luar negeri, sering kali bersama keluarga mereka. Mereka kini dihadapkan pada tantangan logistik untuk memindahkan anak-anak mereka yang bersekolah, mencari tempat tinggal baru, serta merencanakan pengiriman barang-barang ke Amerika Serikat.