Peneliti Berhasil Kembangkan Sensor Kumis Kucing untuk e-whisker
Tanggal: 29 Mar 2018 02:04 wib.
Dari dunia nanoteknologi kita telah mendapatkan kulit elektronik atau disebut e-skin dan mata implan elektronik atau e-eyes. Yang terbaru, sekarang ini para peneliti tengah mengembangkan sensor yang sangat sensitif disebut e-whisker.
Peneliti dari Berkeley Lab dan University of California (UC) Berkeley membuat sensor sentuh dari film komposit yang mengandung carbon nanotube dan silver nanoparticle yang sensitivitasnya mirip dengan kumis kucing dan tikus sehingga disebut e-whisker.
Kumis elektronik atau e-whisker dapat merespons tekanan terendah sekalipun, bahkan tekanan ketika selembar uang diletakkan di meja.
Keunggulan lainnya dari aplikasi itu memungkinkan robot memiliki kemampuan untuk melihat dan merasakan keadaan di sekelilingnya.
"Kumis pada beberapa mamalia dan insekta berfungsi sebagai sensor sentuh untuk memonitor angin dan sebagai penunjuk arah," kata ketua peneliti Ali Javey, yang juga peneliti di Berkeley Lab's Material Sciences Division.
"Kumis elektronik yang kami buat itu terbuat dari fiber elastis dengan aspek rasio yang tinggi, diselubungi film komposit yang menghantarkan nanotube dan nanopartikel.
Dalam suatu uji, kumis tersebut ternyata 10 kali lebih sensitif terhadap tekanan yang biasanya."
Javey dan tim risetnya telah mengembangkan penelitian e-skin dan peralatan elektronik lainnya yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam penelitian terakhir, mereka menggunakan nanotube karbon untuk membentuk matriks jaringan penghantar listrik yang tidak mudah rusak.
Para peneliti menanamkan film tipis nanopartikel ke dalam matriks karbon nanotube yang bersifat sangat sensitif.
Komposit tersebut dapat dicetak pada fiber elastis bersudut rasio tinggi untuk membentuk e-whisker yang akan terintegrasi dengan sistem interaktif pengguna. Javey dan tim peneliti berhasil menggunakan e-whisker untuk memetakan aliran angin secara 2D dan 3D. [Sumber: sciencedaily]