Pemikiran-Pemikiran Ayatullah Ruhullah Khomeini: Fondasi Revolusi dan Negara Islam Iran
Tanggal: 5 Jul 2024 15:04 wib.
Ayatullah Ruhullah Khomeini adalah tokoh revolusioner dan pemimpin spiritual yang memainkan peran kunci dalam Revolusi Iran 1979, yang menggulingkan rezim monarki Pahlavi dan mendirikan Republik Islam Iran. Khomeini dikenal karena pemikiran-pemikirannya yang mendalam tentang teologi, politik, dan hukum Islam. Pemikiran-pemikiran Khomeini tidak hanya mempengaruhi politik Iran tetapi juga membawa dampak signifikan pada diskursus Islam politik global.
Velayat-e Faqih (Kepemimpinan Ulama)
Salah satu kontribusi terbesar Khomeini adalah konsep Velayat-e Faqih atau Kepemimpinan Ulama. Dalam buku Hukumat-e Islami: Velayat-e Faqih, Khomeini menguraikan bahwa dalam ketiadaan Imam Mahdi, seorang faqih (ulama yang memiliki pengetahuan mendalam tentang hukum Islam) harus memimpin umat Islam. Konsep ini menjadi landasan utama bagi struktur pemerintahan Republik Islam Iran, di mana seorang Supreme Leader (Pemimpin Tertinggi) yang merupakan ulama memegang otoritas tertinggi dalam politik dan agama.
Anti-Imperialisme dan Anti-Kolonialisme
Khomeini dikenal dengan sikap anti-imperialis dan anti-kolonial yang kuat. Ia mengkritik keras intervensi asing, khususnya Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, dalam urusan dalam negeri negara-negara Muslim. Khomeini melihat imperialisme sebagai ancaman besar bagi kedaulatan dan identitas Islam. Sikap ini menjadi salah satu faktor pendorong utama Revolusi Iran, yang menentang dukungan AS terhadap Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Persatuan Islam
Khomeini sangat menekankan pentingnya persatuan di antara umat Islam. Ia sering menyerukan agar Muslim dari berbagai mazhab, baik Sunni maupun Syiah, bersatu melawan musuh-musuh bersama, yaitu imperialisme dan zionisme. Pandangan Khomeini tentang persatuan Islam bertujuan untuk memperkuat solidaritas Muslim dan mengurangi perpecahan internal yang sering dimanfaatkan oleh kekuatan asing.
Ketahanan Nasional dan Kemandirian
Khomeini mempromosikan konsep ketahanan nasional dan kemandirian sebagai elemen penting dalam kebijakan domestik dan luar negeri Iran. Ia mendorong Iran untuk menjadi mandiri secara ekonomi, politik, dan militer, mengurangi ketergantungan pada negara-negara Barat. Kemandirian ini, menurut Khomeini, adalah kunci untuk menjaga martabat dan kedaulatan negara Islam.
Ekonomi Islam
Khomeini juga memberikan perhatian khusus pada ekonomi Islam. Ia mengkritik keras kapitalisme dan sosialisme, dan mempromosikan sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan sosial Islam. Menurut Khomeini, distribusi kekayaan yang adil dan pemenuhan kebutuhan dasar semua warga negara adalah tanggung jawab utama negara Islam. Pandangan ini tercermin dalam kebijakan-kebijakan ekonomi Republik Islam Iran yang berfokus pada kesejahteraan rakyat.
Hak-Hak Perempuan
Pandangan Khomeini tentang hak-hak perempuan sering kali menjadi subjek kontroversi. Meskipun ia mendukung partisipasi perempuan dalam beberapa aspek kehidupan publik, Khomeini juga menekankan peran tradisional perempuan sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Ia percaya bahwa nilai-nilai Islam memberikan perlindungan dan penghargaan tinggi terhadap perempuan, meskipun dalam kerangka yang berbeda dari perspektif feminisme Barat.
Kritik Terhadap Sekularisme
Khomeini adalah kritikus keras sekularisme, yang ia lihat sebagai pemisahan berbahaya antara agama dan kehidupan publik. Ia berpendapat bahwa Islam adalah sistem yang menyeluruh yang mencakup semua aspek kehidupan, termasuk politik dan pemerintahan. Oleh karena itu, Khomeini menolak konsep pemerintahan sekuler dan mendorong penerapan syariat Islam dalam semua aspek kehidupan nasional.
Warisan dan Pengaruh Global
Pemikiran Khomeini memiliki dampak global yang signifikan, terutama di dunia Muslim. Revolusi Iran menginspirasi berbagai gerakan Islamis di negara-negara lain, yang melihat keberhasilan Khomeini sebagai bukti bahwa perubahan revolusioner yang didasarkan pada Islam adalah mungkin. Selain itu, konsep Velayat-e Faqih dan pandangan anti-imperialisme Khomeini terus menjadi referensi penting dalam diskusi tentang politik Islam kontemporer.