Pemerintah Indonesia Kerjasama dengan Tiongkok Kembangkan Riset Bioteknologi

Tanggal: 28 Nov 2017 08:36 wib.
Tampng.com - Kementerian Riset, Teknologi (Ristek) dan Pendidikan Tinggi (Dikti) membentuk Joint Committee Meeting (JCM). Ini dibentuk untuk mengawal pelaksanaan kerja sama pemerintah Indonesia dan Tiongkok dalam mengembangkan kapasitas riset bioteknologi, join laboratory dan High Temperature Gas Cooled Reactor (HTGR).

Menteri Ristek dan Dikti, Mohamad Nasir mengatakan, program pendidikan yang strategis sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Program tersebut, agar penguasaan Iptekin dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Nasir yakin, kerja sama ini dapat memperkuat kolaborasi dalam bidang Iptekin dan Dikti antara Indonesia dan Tiongkok. ”Dari China hadir 60 delegasi, LPNK dan perguruan tinggi maupun pemerhati Iptekin,” sebut Nasir.

Nasir menyebutkan, ke depan kerjasama ini akan diperluas dalam berbagai bidang seperti Bioteknologi, Sains Tekno Park (STP), Teknologi Transfer, pengusaan teknologi nuklir untuk maksud damai dalam bidang energi (HTGR-High Teknologi Gas Cooled Reactor), Talented Young Scientist Program, ICT Talents Fostering Programs, Agricultural Sciences.

Hal yang sama diungkapkan Deputi Bidang Teknologi dan Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eniya Listiani Dewi. Dia mengatakan, kerja sama tersebut meliputi riset di bidang peternakan dan perikanan. ”Dari kerjasama ini kami ingin kembangkan bioteknologi pakan ikan, sapi dan ternak lainnya,” ungkap Eniya Listiani Dewi di kantor Kemenristek-Dikti, di Jakarta, Senin (27/11).

Dia mengatakan, pada kerjasama riset tersebut ada treatment untuk imun binatang ternak. Karena, selama ini pakan ternak kerap menggunakan unsur kimia. ”Hasil dari inovasi riset ini pakan ternak menggunakan mikrobiologi, tidak lagi bahan kimia. Sehingga, memberi efek baik untuk keasaman lahan,” terangnya.

Dia menyebutkan, nilai kerjasama ini sebesar 6 Juta Yuan. Dan kerjasama dilakukan selama 3 tahun. Dia menambahkan, bentuk kerjasama riset tidak hanya fokus pada produk saja, tapi bagaimana melahirkan industri-industri baru. ”Selama ini market pakan ternak kita didominasi oleh Tiongkok dan India. Kita ingin inovasi riset dapat melahirkan industri baru,” katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Agus Sartono mengatakan, akses pendidikan dasar dan pendidikan tinggi generasi muda Indonesia harus dibuka secara luas dan dilaksanakan dengan baik. ”Tidak dapat dipungkiri bahwa meningkatkan akses pendidikan dianggap sebagai langkah penting sebelum dapat menguasai sains, teknologi dan menghasilkan inovasi,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dia berharap pembelajaran Science, Technology and Innovation (STI) dapat diberikan sejak usia dini. Sehingga, mereka bisa menjadi ilmuwan penting di masa depan. ”STI perlu dikenalkan sedini mungkin untuk merangsang keingintahuan, kreativitas, dan kepekaan akan tantangan global,” tandas Agus.

Di tempat yang sama, Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Liu Yandong mengatakan, kerjasama di bidang Iptek dan Inovasi berkembang secara cepat. Sejumlah proyek kerjasama telah berjalan, diantaranya di bidang Iptek dan Inovasi meliputi pertanian, biologi, informasi, elektronika, lingkungan, energi, obat tradisional Tiongkok dan pencegahan penyakit. ”Kami telah menandatangani 7 kesepakatan kerjasama di bidang Iptek dan membangun 2 laboratorium gabungan tingkat nasional dan 1 pusat transfer teknologi,” katanya.

Dia menginginkan, perkembangan inovasi di kedua pihak bisa memberi dampak positif dan memberikan contoh dalam kerja sama inovasi dan iptek antara Tiongkok dengan ASEAN maupun dengan negara lain. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved