Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina
Tanggal: 1 Mei 2024 22:01 wib.
Pada awal tahun tanggal 2 Januari 2024, puing-puing dari rudal yang mendarat di Kota Kharkiv di Ukraina telah dikonfirmasi berasal dari rudal balistik seri Hwasong-11 Korea Utara. Laporan tersebut disampaikan oleh pemantau sanksi PBB kepada komite Dewan Keamanan (DK PBB) dalam sebuah laporan yang dilihat oleh kantor berita Reuters pada Senin.
Dalam laporan setebal 32 halaman tersebut, pemantau sanksi PBB menyimpulkan bahwa puing-puing yang ditemukan dari rudal yang mendarat di Kharkiv, Ukraina, pada 2 Januari 2024 berasal dari rudal seri Hwasong-11 DPRK. Temuan ini melanggar embargo senjata terhadap Korea Utara.
Secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), Korea Utara telah berada di bawah sanksi PBB karena program rudal balistik dan nuklirnya sejak 2006, dan tindakan tersebut telah diperkuat selama bertahun-tahun.
Tiga pemantau sanksi melakukan perjalanan ke Ukraina awal bulan ini untuk memeriksa puing-puing tersebut dan tidak menemukan bukti bahwa rudal tersebut dibuat oleh Rusia. Mereka “tidak dapat secara independen mengidentifikasi dari mana rudal itu diluncurkan, atau oleh siapa”.
Menurut mereka dalam laporan pada 25 April kepada komite sanksi Korea Utara di DK PBB, “Informasi mengenai lintasan yang diberikan oleh pihak berwenang Ukraina menunjukkan bahwa rudal tersebut diluncurkan di wilayah Federasi Rusia.”
“Lokasi seperti itu, jika rudal tersebut berada di bawah kendali pasukan Rusia, mungkin akan mengindikasikan pengadaan oleh warga negara Federasi Rusia,” kata mereka, seraya menambahkan bahwa hal ini merupakan pelanggaran embargo senjata terhadap Korea Utara.
Misi Rusia dan Korea Utara untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan pemantau tersebut.
Amerika Serikat dan negara-negara lain menuduh Korea Utara mentransfer senjata ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina, yang mereka serang sepenuhnya pada Februari 2022. Moskow dan Pyongyang membantah tuduhan tersebut, namun tahun lalu berjanji untuk memperdalam hubungan militer.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Februari, AS menuduh Rusia meluncurkan rudal balistik yang dipasok DPRK ke Ukraina setidaknya sembilan kali.
Para pemantau PBB mengatakan rudal balistik seri Hwasong-11 pertama kali diuji secara publik oleh Pyongyang pada 2019.
Rusia bulan lalu memveto pembaruan tahunan pemantau sanksi PBB – yang dikenal sebagai panel ahli – yang selama 15 tahun telah memantau penegakan sanksi internasional terhadap Korea Utara. Mandat panel ahli saat ini akan berakhir pada Selasa 30 April 2024.
Dalam beberapa hari setelah serangan 2 Januari, kantor kejaksaan wilayah Kharkiv memamerkan pecahan rudal tersebut kepada media, dengan mengatakan bahwa rudal tersebut berbeda dari model Rusia dan “ini mungkin merupakan rudal yang dipasok oleh Korea Utara”.
Kemunculan laporan ini menambah kompleksitas dinamika geopolitik global. Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menjadi sorotan utama komunitas internasional. Dengan penemuan puing-puing rudal yang dikonfirmasi berasal dari Korea Utara, hal ini memberikan landasan yang kuat untuk mendesak tindakan lebih lanjut terhadap kedua negara tersebut.
Rusia telah lama menjadi fokus perhatian internasional terkait konflik Ukraina. Dugaan keterlibatan Rusia dalam pasokan senjata yang digunakan dalam konflik tersebut semakin memperumit upaya penyelesaian damai. Sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh PBB terhadap pelanggaran embargo senjata terhadap Korea Utara juga menunjukkan komitmen dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Selanjutnya, laporan tersebut juga meningkatkan kekhawatiran terhadap kestabilan Korea Utara, terutama terkait dengan pengembangan program rudal dan nuklirnya. Di tengah ketegangan geopolitik global, upaya diplomasi dan negosiasi perlu ditingkatkan untuk mencegah eskalasi konflik yang dapat mengancam perdamaian dunia.
Kedatangan tiga pemantau sanksi ke Ukraina untuk memeriksa puing-puing rudal menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam menanggulangi ancaman keamanan global. Informasi yang diperoleh melalui kerja sama antarnegara dapat membantu mengungkap asal usul senjata yang digunakan dalam konflik, serta mengidentifikasi pelanggaran embargo senjata yang dapat mengancam keamanan internasional.
Dengan demikian, pelaporan dari pemantau sanksi PBB terhadap temuan puing-puing rudal tersebut tidak hanya memberikan informasi faktual terkait penyimpangan embargo senjata terhadap Korea Utara, tetapi juga memperkuat pentingnya kerja sama internasional dalam menjaga keamanan global. Terus meningkatkan pemantauan serta tindakan yang sesuai dan berkoordinasi antarnegara menjadi kunci dalam menanggulangi ancaman keamanan yang muncul dari perseteruan geopolitik global.