PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak
Tanggal: 10 Jun 2024 13:59 wib.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah secara resmi memasukkan Israel ke dalam “daftar hitam” negara yang melakukan pelanggaran kekerasan terhadap anak-anak selama konflik bersenjata. Langkah ini menjadi sorotan publik setelah laporan CNN mengutip pernyataan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric pada Jumat (7/6/2024).
Menurut Dujarric, Hamas dan Jihad Islam Palestina juga termasuk dalam daftar tersebut. Hal ini memiliki dampak signifikan karena daftar hitam PBB merupakan pengakuan terhadap pelanggaran HAM yang merugikan anak-anak dalam konflik bersenjata.
Dalam konflik bersenjata yang terjadi di Gaza sejak 7 Oktober 2023, setidaknya 15.500 anak di Gaza tewas akibat aksi militer Israel. Selain itu, negara-negara seperti Arab Saudi, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Sudan, Suriah, dan Yaman juga telah dimasukkan ke dalam daftar hitam PBB.
Terkait dengan hal ini, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, merespons dengan menunjukkan ketidaksenangannya melalui rekaman panggilan telepon yang dibagikan di akun resmi pribadinya. Erdan mengklaim bahwa IDF merupakan "tentara paling bermoral di dunia" dan menegaskan bahwa Israel tidak pantas dimasukkan ke dalam daftar hitam tersebut.
Namun, pernyataan tersebut justru mendapat tanggapan dari juru bicara PBB, Stephane Dujarric, yang menyebut tindakan tersebut sebagai "tidak dapat diterima." Dujarric juga menegaskan bahwa ini merupakan hal yang belum pernah terjadi selama 24 tahun dinasnya di PBB.
Di sisi lain, Palestina menyambut baik keputusan PBB meskipun dianggap terlambat. Pejabat senior Palestina, Riad Malki, menyatakan bahwa langkah ini memberikan pengakuan atas bencana kemanusiaan di Gaza, terutama terhadap anak-anak dan perempuan. Kelompok-kelompok hak asasi manusia serta badan PBB seperti UNICEF dan WHO juga telah mengutuk tindakan Israel yang menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza, terutama terkait dengan ketersediaan makanan, air, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya.
Menurut laporan UNICEF, 90% anak Palestina di Gaza hidup dalam kemiskinan pangan yang parah, sementara WHO menyebutkan bahwa lebih dari 80% anak-anak Palestina di Gaza tidak makan sepanjang hari. Dalam situasi yang semakin memburuk akibat serangan militer Israel, Defence for Children International-Palestine (DCIP) melaporkan bahwa banyak anak Palestina mengalami luka kritis dan trauma fisik dan psikologis yang berkepanjangan.