Pasok Rudal Jarak Jauh ke Ukraina, Rusia Peringatkan AS Jangan Mengejek Garis Merah Putin
Tanggal: 5 Sep 2024 18:35 wib.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, memberikan tanggapannya terkait kemungkinan pengiriman rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS) ke Ukraina. Dalam pernyataannya, Lavrov memperingatkan AS agar tidak meremehkan 'garis merah' yang telah ditetapkan oleh Rusia pada Rabu (4/9/2024).
Lavrov menekankan bahwa AS seakan melupakan keberadaan pertimbangan timbal balik yang selama ini telah menopang keseimbangan keamanan antara Moskow dan Washington sejak era Perang Dingin. Menurutnya, sikap AS ini tidaklah aman dan memiliki potensi bahaya yang besar.
Pernyataan Lavrov muncul setelah adanya laporan dari Reuters, yang menyebutkan bahwa AS hampir mencapai kesepakatan untuk memasok Ukraina dengan rudal jelajah JASSM yang memiliki jangkauan jauh hingga ke dalam wilayah Rusia. Upaya ini merupakan bagian dari upaya yang diperjuangkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.
"Saya tidak akan terkejut dengan apapun yang terjadi. Amerika sepertinya telah melanggar batas yang mereka tetapkan sendiri. Mereka terprovokasi, dan Zelenskiy tentu saja memanfaatkan situasi ini," ujar Lavrov dalam sebuah wawancara dengan salah seorang pewawancara TV Rusia.
"Larangan yang mereka ciptakan terasa seperti bercandaan dengan garis merah yang sudah kita tetapkan di sini. Mereka seharusnya lebih bijak dalam menyikapi batasan yang telah kita buat," tambahnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah memberikan peringatan berulang kali kepada pihak Barat sejak awal peluncuran "operasi militer khusus" di Ukraina pada tahun 2022, agar tidak mencoba mengganggu Rusia, yang memiliki kepemilikan persenjataan nuklir terbesar di dunia.
Namun demikian, Washington dan sekutunya terus meningkatkan bantuan militer mereka kepada Ukraina, termasuk di antaranya pengadaan tank, rudal canggih, dan pesawat tempur F-16.
Upaya tersebut telah mendorong sejumlah politisi di kubu Barat untuk menyatakan bahwa retorika nuklir yang disampaikan oleh Putin hanyalah gertakan, dan bahwa AS beserta anggota NATO harus berupaya keras untuk membantu Ukraina meraih kemenangan dalam pertempuran ini. Zelenskiy juga mengklaim bahwa serangan Ukraina terhadap Rusia, yang dimulai pada 6 Agustus, merupakan bentuk perolok-olok terhadap 'garis merah' Putin.
Lavrov menegaskan bahwa pihak AS mengetahui batasan-batasan yang telah ditetapkan, namun mereka keliru jika percaya bahwa konsekuensi dari setiap eskalasi perang di Ukraina hanya akan dirasakan oleh Eropa."Mereka memiliki keyakinan bawaan bahwa tidak ada pihak yang akan berani melanggar kesepakatan tersebut," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa sikap seperti ini merusak segala prinsip yang sebelumnya telah menjadi landasan bagi stabilitas strategis antara Washington dan Moskow sejak masa Uni Soviet."Rasa saling mencegah yang sebelumnya begitu kuat, entah kenapa kini mulai memudar. Hal ini sangatlah berbahaya," ungkapnya.