Nyaris 900 Mahasiswa Pro-Palestina Ditangkap di Amerika Serikat
Tanggal: 30 Apr 2024 20:33 wib.
Aksi protes pro-Palestina di kampus-kampus di Amerika Serikat terus mengalami eskalasi yang menuntut pemutusan hubungan keuangan dengan Israel akibat konflik di Gaza. Pihak kampus semakin terdesak menjelang upacara wisuda yang semakin dekat.
Pada Minggu (28/4), bentrokan antara polisi dan mahasiswa meletus saat demonstrasi di University of California Los Angeles (UCLA), menimbulkan teriakan dan dorongan satu sama lain. Sebanyak 275 orang ditangkap di beberapa kampus pada Sabtu (27/4), termasuk di Indiana University at Bloomington, Arizona State University, dan Washington University di St. Louis.
Dikutip dari AP, jumlah penangkapan secara nasional mendekati 900 orang sejak polisi membubarkan kamp protes pro-Palestina di Columbia University pada 18 April lalu.
Sejak saat itu, mahasiswa berkumpul dan mendirikan perkemahan pro-Palestina di seluruh negeri. Hal ini mendapat berbagai tanggapan dari pihak administrasi kampus masing-masing, mulai dari penangkapan dan tuntutan pidana, hingga penangguhan keanggotaan mahasiswa atau permintaan agar keluar dari kamp tersebut.
Beberapa anggota fakultas di universitas-universitas di California, Georgia, dan Texas telah memberikan suara secara simbolis yang menyatakan tidak percaya terhadap pimpinan mereka.
Presiden Joe Biden, melalui jubir keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, menyatakan bahwa dia menyadari adanya perasaan kuat terkait protes ini, tetapi akan menyerahkan penanganannya kepada otoritas setempat. Kirby menegaskan, masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengutarakan pandangan secara terbuka dan damai.
Sementara itu, Pemimpin Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, menyebut aksi ini sebagai situasi berbahaya dan menyerahkan tanggung jawab kepada administrator perguruan tinggi. Dia juga mengecam adanya tindakan antisemitisme yang terjadi selama protes.
Protes dimulai di Columbia University dan sejak itu memicu demonstrasi pro-Palestina di seluruh negeri. Mahasiswa dan administrator di sana telah terlibat dalam negosiasi. Columbia telah menetapkan serangkaian tenggat waktu bagi pengunjuk rasa untuk meninggalkan perkemahan, tetapi kembalikan polisi pada saat ini dianggap tidak kontraproduktif, menurut pernyataan universitas tersebut.
Di California, demonstrasi di University of California menjadi sengit usai ratusan demonstran dan polisi berkerumun. Di seberang kota, University of Southern California (USC) mengalami kerusuhan dan vandalisme yang mengakibatkan penutupan sementara kampus. USC juga sempat menuai kritik karena pembatalan pidato wisuda seorang mahasiswi pro-Palestina.
Di Missouri, Washington University di St. Louis menghadapi kekisruhan dan penangkapan demonstran. Dalam sebuah pernyataan, universitas tersebut mengatakan lebih dari 100 orang – termasuk 23 mahasiswa dan empat pegawai universitas – ditangkap karena diduga masuk tanpa izin.
Kandidat presiden dari Partai Hijau, Jill Stein, mengatakan bahwa dia dan dua manajernya ikut ditangkap dalam aksi. Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang Missouri mengecam penangkapan tersebut sebagai tindakan yang kasar.
Di Boston, polisi membersihkan perkemahan di kampus Northeastern University setelah pengunjuk rasa menolak membersihkan tenda mereka. Polisi Negara Bagian Massachusetts menangkap sekitar 102 pengunjuk rasa yang akan didakwa melakukan pelanggaran dan perilaku tidak tertib. Namun, kelompok mahasiswa 'Huskies for a Free Palestine' membantah tuduhan hinaan antisemitisme dan menegaskan bahwa protes mereka berlangsung damai.
Dari peristiwa ini, terlihat bahwa komunitas mahasiswa di Amerika Serikat masih sangat peduli dengan isu internasional, terutama terkait konflik di Timur Tengah. Tindakan protes mahasiswa mencerminkan kegelisahan mereka terhadap situasi yang terjadi di Gaza dan dukungan yang diberikan kepada Palestina.
Selain itu, penangkapan yang dilakukan oleh pihak keamanan juga menunjukkan bahwa pemerintah setempat tidak tinggal diam terhadap tindakan protes mahasiswa yang dianggap merusak ketertiban umum. Meskipun demikian, aksi protes mahasiswa akan tetap menjadi bagian dari perjuangan mereka untuk menyuarakan pendapat dan memperjuangkan hak-hak kemanusiaan.
Dengan demikian, aksi protes mahasiswa ini menjadi sebuah panggilan bagi dunia internasional untuk bertindak dan mencari solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Semoga kepedulian dan dukungan terhadap isu ini tetap terjaga, dan semoga kedamaian akhirnya dapat tercapai di Palestina dan seluruh wilayah Timur Tengah.