NU - Muhammadiyah Ngaji Bareng, Sepakat Memilih TNI Sebagai Penceramah Supaya Adil
Tanggal: 30 Jul 2017 17:49 wib.
tampang.com - Ada yang menarik beberapa waktu yang lalu di daerah Surabaya. Kota yang terkenal sebagai Kota Pahlawan ini, salahsatu kelurahannya, Kalijudan, menyelenggarakan pengajian. Bukan seperti pengajian pada umumnya, pengajian ini terasa istimewa. Mengapa? Karena ada nuansa unik di dalamnya. Dimana, Nahdliyin dan jamaah Muhammadiyah berada di dalam satu pengajian.
Seorang berpakaian batik cokelat dengan lambang matahari, seorang lagi memakai jas hijau terang. Orang Indonesia sudah pasti tahu bahwa dua MC itu berasal dari ormas yang berbeda. Muhammadiyah dan NU.
Suasana pengajian pun cair, adem, dan guyub. Itu merupakan hasil kolaborasi Pengurus Ranting NU, Pengurus Ranting Muhammadiyah, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kalijudan. Mereka bertekad bahwa Kalijudan harus menjadi pelopor untuk acara yang menekankan kerukunan antar ormas. Apalagi, situasi Indonesia terkini masih panas gara-gara polarisasi yang terjadi di tingkat nasional.
Acara itu bahkan digagas sejak tiga tahun sebelumnya. ”Niatnya sudah lama sekali. Tapi, memang tidak mudah bikin acara ini,” jelas Djadi Galajapo, ketua Pengurus Ranting NU Kalijudan. Pria yang lebih dikenal sebagai komedian itu mengaku sudah berdiskusi dengan Hadi Sanusi, ketua Pengurus Ranting Muhammadiyah Kalijudan. Mereka terus berusaha menjadi pelopor, tapi belum menemukan kesempatan yang tepat. ”Nah, saat isu radikalisme dan Pancasila muncul, baru mendapatkan momen yang tepat,” jelas Hadi.
Prinsip pertama dalam menggelar acara kolaborasi itu sederhana saja. Yakni adil. Karena itu, LPMK sebagai penengah pun harus berpikir keras. Selain menggunakan dua pembawa acara, penampilan pembuka harus adil. Muhammadiyah menyajikan penampilan band dan pencak silat. Sedangkan NU dua kali tampil dengan seni hadrah al banjari.
”Supaya juga tidak ada yang sensi, yang ceramah setelah acara itu dari TNI. Ustad Kapten Cpm M. Ali Imron,” ungkap Ketua LPMK Kalijudan Mudi Basuki.
Muji mengatakan, pentingnya umat beragama untuk rukun dan bersatu tak bisa dimungkiri. Sebab, umat yang punya hubungan erat pasti lebih tahan terhadap serangan dari luar. Mulai serangan paham berbahaya sampai pengedar narkoba.
”NU punya Islam Nusantara. Muhammadiyah punya Islam berkemajuan. Kalau digabung, Islam Nusantara yang berkemajuan,” imbuh Djadi.
Tak mau kerukunan menurun, mereka sampai menandatangani nota kesepahaman. Isinya adalah komitmen untuk terus melakukan musyawarah apabila menjumpai permasalahan. Dengan begitu, meski pengurus berganti, kerukunan bisa terus terjalin.
Nah, setelah penandatanganan nota kesepahaman, Ustad Ali Imron langsung naik ke panggung untuk berceramah. Yang hebat, dakwah dari anggota TNI itu pun disisipi pesan pentingnya bernegara dengan Pancasila. Dengan begitu, tidak ada paham yang mencolok. ”Ini kan negara kita semua, ya Pancasila ini yang mempersatukan semua umat,” tutur dia.