Ngeri! Korsel Dilanda Hujan Ekstrem 200 Tahun Sekali
Tanggal: 14 Jul 2024 20:42 wib.
Korea Selatan tengah mengalami curah hujan rekor yang ekstrem di sebagian wilayahnya pada hari Selasa (9/7), fenomena ini biasanya terjadi setiap 200 tahun sekali. Badan Cuaca Korsel dan Kementerian Dalam Negeri Korsel melaporkan bahwa kejadian ini telah menyebabkan empat orang tewas dan satu orang hilang.
Menurut laporan Asian News, beberapa daerah yang terdampak hujan lebat antara lain Geumsan di Chungcheong Selatan, Chupungnyeong di Chungcheong Utara, dan Gunsan di Jeolla Utara. Curah hujan per jam di daerah tersebut mencapai lebih dari 10 persen dari curah hujan tahunan rata-rata kota sebesar 1.246 mm. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam 117 tahun terakhir sejak pencatatan cuaca dimulai pada tahun 1907. Badan Meteorologi Korea menyatakan bahwa intensitas curah hujan selama semalam telah mencapai tingkat yang terjadi setiap 200 tahun sekali.
Pulau Eocheongdo, yang berdekatan dengan Gunsan, menerima curah hujan sebesar 146 mm dalam waktu sekitar satu jam pada hari Selasa. Hal ini merupakan kejadian terakhir kali curah hujan melebihi 140 mm dalam waktu satu jam terjadi di kawasan tersebut sejak tahun 1998.
Hujan deras juga menyebabkan bencana di beberapa wilayah dengan intensitas curah hujan melebihi 100 mm dalam satu jam. Beberapa wilayah yang terdampak antara lain Iksan di Provinsi Jeolla Utara dengan curah hujan 125,5 mm; Seocheon dan Buyeo di Provinsi Chungcheong Selatan, masing-masing menerima curah hujan sebesar 111,5 mm dan 106 mm.
Selain itu, hujan deras juga memicu berbagai kecelakaan fatal. Sebuah gedung apartemen studio di Nonsan, Provinsi Chungcheong Selatan, terendam banjir pada hari Rabu pukul 3 pagi, menyebabkan satu orang tewas di dalam lift yang kebanjiran. Petugas pemadam kebakaran berhasil menemukan jenazah pria tersebut dan berusaha untuk memastikan identitasnya. Di Seocheon-gun pada pukul 03:57, sebuah rumah runtuh akibat tanah longsor, mengakibatkan seorang pria berusia 70-an ditemukan dalam kondisi serangan jantung. Meskipun segera dipindahkan ke rumah sakit, namun ia dinyatakan meninggal satu jam kemudian.
Kejadian tragis juga terjadi di daerah lain, di mana seorang pria berusia 70-an tewas setelah mobilnya terjun ke sungai yang meluap di Okcheon, Provinsi Chungcheong Utara. Selain itu, seorang pria lain berusia 60-an ditemukan tewas setelah tersedot ke dalam pipa drainase saat memeriksa ladang sayurnya di Daegu.
Bencana tanah longsor juga turut mengakibatkan korban jiwa. Di Geumsan, Provinsi Chungcheong Selatan, seorang wanita berusia 60-an tewas tertimbun lumpur di rumahnya akibat tanah longsor. Sementara itu, seorang pria berusia 71 tahun dilaporkan hilang di Yeongdong, Provinsi Chungcheong Utara, setelah gudang kontainernya hanyut dan kendaraannya terendam oleh banjir.
Selain menimbulkan korban jiwa, hujan lebat juga memaksa ratusan orang untuk mengungsi dari rumah mereka. Di Wanju, Provinsi Jeolla Utara, tim penyelamat berhasil mengevakuasi 18 penduduk desa yang sebagian besar berusia lanjut yang terdampar karena arus sungai yang meluap. Sebuah desa di Nonsan terendam banjir, memaksa sekitar 30 warga untuk mengungsi ke balai desa terdekat. Akibat hujan lebat, sekitar 40 warga di sekitar Ganggyeong juga dievakuasi karena kondisi banjir yang membahayakan.
Terhitung hingga Rabu sore, hujan lebat telah merusak 391 fasilitas umum dan 146 fasilitas swasta, termasuk jalan yang terendam banjir, tanah longsor, jembatan terendam, serta kendaraan dan rumah yang terendam air. Sebanyak 3.568 orang dari 2.585 rumah tangga telah dievakuasi demi alasan keamanan.
Dampak dari hujan deras juga terasa dalam sektor transportasi, dengan penundaan dan pembatalan penerbangan serta kereta api. Korea Railroad Corp telah menghentikan sebagian atau menyesuaikan operasi kereta Mugunghwa dan ITX-Saemaeul. Sementara itu, layanan kereta api di beberapa jalur di Provinsi Chungcheong Selatan, Gyeongsang Utara, dan Gyeongsang Selatan ditangguhkan hingga waktu tertentu.
Di sisi lain, terdapat sekitar 21 penerbangan di Bandara Internasional Gimhae yang dibatalkan dan 16 lainnya ditunda karena kondisi cuaca yang buruk.
Di tengah bencana ini, Presiden Yoon Suk Yeol yang saat ini sedang di luar negara, telah memerintahkan mobilisasi semua personel dan peralatan yang tersedia untuk memprioritaskan penyelamatan nyawa dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Pada pertemuan tanggap darurat pemerintah, Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min menegaskan bahwa pemerintah harus memusatkan seluruh kemampuannya untuk meminimalkan kerusakan dan mengingatkan bahwa musim hujan masih akan berlangsung.
Menanggapi hal ini, Kementerian Dalam Negeri Korsel menaikkan operasi darurat kantor pengendalian bencana dari level 1 ke 2, dan semua instansi baik di tingkat pusat maupun daerah diharapkan untuk siap menghadapi skenario terburuk serta merespons bencana dengan tepat. Tidak lupa, Menteri Lee juga mengajak semua pihak terlibat untuk melakukan upaya sekuat tenaga agar korban hujan lebat dapat kembali ke kehidupan sehari-hari mereka.
Hujan ekstrem yang melanda Korea Selatan telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan, baik dari segi korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Langkah pencegahan dan penanggulangan perlu segera dilakukan untuk mengatasi bencana ini dan meminimalkan kerugian yang ditimbulkannya. Pelajaran dari kejadian ini juga harus dijadikan acuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi cuaca ekstrem di masa mendatang. Hujan lebat yang terjadi sekali dalam 200 tahun mengingatkan kita bahwa perubahan iklim harus dihadapi dengan serius dan upaya mitigasi bencana harus diperkuat untuk melindungi nyawa dan harta benda masyarakat.