Netanyahu Ogah ke Eropa Diduga Gegara Takut Ditangkap ICC
Tanggal: 11 Jul 2024 09:29 wib.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam perjalanannya ke Amerika Serikat pada akhir Juli ini, dikabarkan enggan untuk singgah di negara-negara Eropa. Penyiaran Israel melaporkan bahwa Netanyahu sempat mempertimbangkan untuk mampir di Eropa selama lawatannya ke AS, namun hal ini ditunda akibat potensi surat penangkapannya dari Mahkamah Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC).
Diketahui bahwa negara-negara Eropa yang mungkin akan dikunjungi oleh Netanyahu dalam perjalanan ke AS adalah Hungaria atau Ceko, yang merupakan sekutu dekat dari Israel. Ide persinggahan di Eropa muncul karena pesawat yang ditumpangi oleh Netanyahu tidak dapat melakukan penerbangan langsung dari Tel Aviv ke Washington dikarenakan banyaknya penumpang.
Penerbangan translantik ini biasanya melewati Samudra Atlantik dari Eropa, Afrika, Asia Selatan, atau Timur Tengah menuju Amerika Utara, Amerika Tengah, atau Amerika Selatan. Namun, kabarnya rencana kunjungan persinggahan di Eropa terpaksa dibatalkan atas adanya kekhawatiran akan kemungkinan dikeluarkannya surat perintah penangkapan untuk Netanyahu oleh ICC, seperti yang dikutip oleh Al Jazeera pada hari Rabu (10/7).
Selain itu, Netanyahu juga direncanakan akan melawat ke AS dengan rombongan terbatas, dimana dia dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada tanggal 24 Juli di hadapan Kongres AS. Pada bulan Mei sebelumnya, Jaksa penuntut ICC, Karim Khan, telah mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan dan diperiksa, Khan meyakini bahwa Netanyahu dan Gallant bertanggung jawab atas kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza sejak tanggal 8 Oktober. Setelah berkas diajukan, panel hakim di ruang praperadilan ICC akan meninjau permintaan tersebut, yang akan terdiri dari tiga hakim termasuk hakim dari Rumania, Benin, dan Meksiko.
Apabila surat perintah penangkapan dikeluarkan, negara-negara anggota ICC harus mematuhi seruan pengadilan tersebut. Negara-negara anggota ICC termasuk Republik Ceko dan Hungaria.
Dalam konteks ini, kekhawatiran Netanyahu untuk singgah di Eropa dalam perjalanan menuju Amerika Serikat menjadi sebuah isu yang mengemuka. Pengaruh politik dari tudingan kejahatan yang dihadapi oleh Netanyahu serta potensi penangkapan dari ICC dapat mempengaruhi hubungan Israel dengan negara-negara Eropa yang telah lama menjadi sekutu penting bagi Israel. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak politik dan diplomasi yang signifikan bagi kedua belah pihak, khususnya dalam kerjasama keamanan dan hubungan bilateral.
Dengan adanya pengaruh politik yang terus berkembang, dapat diperkirakan bahwa Israel akan terus membuat keputusan yang membela posisi dan reputasi politiknya di tingkat internasional, terutama dalam menghadapi tekanan dari lembaga-lembaga internasional seperti ICC. Dengan demikian, situasi ini juga dapat mencerminkan kondisi politik dan diplomasi global yang berkembang saat ini.
Netanyahu harus mempertimbangkan dengan seksama setiap langkah yang diambilnya, termasuk dalam perencanaan perjalanan internasionalnya, mengingat konsekuensi politik yang dapat terjadi akibat dari tindakan dan tudingan terhadapnya yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional. Hal ini juga dapat memberikan rencana dasar bagi kebijakan luar negeri Israel ke depan, terutama dalam menjaga hubungan diplomasi antar negara serta memperkuat posisinya di forum-forum internasional.
Dengan demikian, Netanyahu sebagai pemimpin Israel harus dapat mengelola situasi ini dengan bijak, serta menyusun strategi yang efektif dalam menangani tekanan politik dari berbagai pihak, termasuk dalam konteks perjalanan lintas benua yang dilakukannya. Israel sebagai negara yang memiliki hubungan diplomatik yang kompleks dengan berbagai negara juga harus mewaspadai setiap kemungkinan dampak politik yang dapat terjadi akibat dari tindakan-tindakan yang diambilnya, terutama dalam situasi yang sensitif seperti saat ini.
Dengan demikian, situasi ini juga dapat memberikan banyak pelajaran bagi pihak-pihak terkait, terutama dalam mengelola hubungan internasional, menjalankan diplomasi, serta mempertimbangkan dampak politik dari tindakan yang diambil, baik dalam konteks perjalanan internasional maupun dalam kerjasama keamanan dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, penting bagi pihak-pihak terkait untuk dapat menjaga prinsip-prinsip diplomasi dan keamanan, serta memperhatikan konsekuensi politik dari setiap tindakan yang diambil, untuk menjaga kestabilan dan keamanan global yang kondusif.