Netanyahu Bantah Hubungan Israel-AS Retak: “Trump Masih Komit pada Keamanan Kami”
Tanggal: 26 Mei 2025 12:34 wib.
Tampang.com | Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membantah keras spekulasi yang menyebut hubungan antara Israel dan Amerika Serikat sedang memburuk. Isu ini mencuat setelah Presiden AS Donald Trump menyelesaikan kunjungan diplomatik penting ke negara-negara Teluk—seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab—tanpa menyertakan Israel dalam agendanya.
Langkah Trump ini memunculkan dugaan bahwa ada jarak yang kian melebar antara dua sekutu lama tersebut, terlebih setelah keputusan Washington menghentikan operasi militer terhadap kelompok Houthi di Yaman, meskipun kelompok itu masih menargetkan wilayah Israel dengan serangan rudal. Spekulasi bertambah tajam dengan upaya Trump membuka kembali pembicaraan nuklir dengan Iran, negara yang selama ini dianggap musuh utama Israel di kawasan Timur Tengah.
Namun dalam konferensi pers pada Rabu (21/5/2025), Netanyahu dengan tegas menepis semua kabar miring tersebut. Ia mengungkapkan bahwa dirinya baru saja berbicara langsung dengan Presiden Trump sekitar sepuluh hari yang lalu. “Trump berkata kepada saya, ‘Bibi, kuingin kau tahu, aku punya komitmen penuh padamu dan kepada negara Israel’,” ungkap Netanyahu, mengutip isi pembicaraan tersebut seperti dilansir Reuters.
Netanyahu juga menyampaikan bahwa Wakil Presiden AS JD Vance turut meyakinkan dirinya beberapa hari setelahnya, menegaskan bahwa kabar soal renggangnya hubungan kedua negara hanyalah "berita palsu". “Dia bilang kepada saya, ‘Jangan percaya berita-berita palsu soal hubungan kita yang memburuk’,” ujar Netanyahu.
Sinyal Perubahan Sikap dari Washington?
Meski demikian, beberapa sinyal kebijakan dari Gedung Putih menunjukkan adanya pendekatan baru. Pemerintahan Trump belakangan memberi tekanan kepada Israel agar menghentikan operasi militer di Gaza dan memperhatikan kondisi kemanusiaan warga sipil. Blokade bantuan yang diberlakukan Israel selama 11 minggu terakhir telah memicu krisis kemanusiaan serius di Jalur Gaza, dan Trump tak segan menyampaikan keprihatinannya di berbagai kesempatan.
Langkah-langkah ini dinilai sejumlah pengamat sebagai upaya Washington untuk menyeimbangkan posisi dalam konflik Israel-Palestina. Meskipun ada perbedaan pandangan soal kebijakan teknis, Netanyahu tetap menegaskan bahwa fondasi hubungan strategis dengan AS tidak tergoyahkan.
“Trump tetap menjadi sekutu penting dan berkomitmen pada keamanan Israel,” tegas Netanyahu.
Fokus Trump: Diplomasi dan Bisnis Regional
Kunjungan Trump ke negara-negara Teluk lebih banyak difokuskan pada penguatan kerja sama ekonomi dan keamanan regional, termasuk kesepakatan senjata bernilai miliaran dolar dan proyek teknologi kecerdasan buatan. Selain itu, menurut sumber diplomatik, Trump juga membahas peluang normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel—isu yang sangat strategis di kawasan Timur Tengah.
Meski tidak mampir ke Yerusalem kali ini, analis meyakini bahwa absennya Israel dalam agenda kunjungan bukan berarti Washington menarik diri, melainkan bagian dari taktik diplomasi regional yang lebih luas.