Sumber foto: iStock

Misteri Bandara Paro Bhutan: Tantangan Ekstrem yang Menguji Keberanian Pilot

Tanggal: 21 Jan 2025 20:59 wib.
Bandara Internasional Paro di Bhutan telah menjadi legenda di dunia penerbangan. Dengan pemandangan dramatis pesawat Airbus A319 yang mendarat di landasan pacu sempit diapit puncak gunung, bandara ini dikenal sebagai salah satu lokasi pendaratan paling sulit di dunia. Pilot harus menunjukkan keterampilan, keberanian, dan pengetahuan teknis tingkat tinggi untuk mengatasi tantangan ini. Tidak mengherankan, setiap kali sebuah pesawat berhasil mendarat, tepuk tangan meriah dari para penumpang menjadi hal yang biasa.

Daya Tarik Bandara Paro

Keunikan bandara ini bukan hanya soal tantangan pendaratannya, tetapi juga lanskap megah yang mengelilinginya. Lokasinya di antara puncak gunung dengan landasan pacu yang pendek membuat pesawat besar seperti jet jumbo tidak bisa digunakan. Bagi para pelancong, ini justru menjadi alasan utama untuk mengunjungi Bhutan, negeri yang dijuluki sebagai "Negeri Naga Petir."

Kapten Chimi Dorji, seorang pilot berpengalaman yang telah terbang untuk maskapai nasional Bhutan, Druk Air, selama 25 tahun, menggambarkan bandara ini sebagai tempat yang menantang, tetapi tidak berbahaya. "Jika berbahaya, saya tidak akan terbang," ujarnya.

Pelatihan Khusus untuk Pilot

Bandara Paro dikategorikan sebagai bandara kelas C, yang berarti hanya pilot dengan pelatihan khusus yang diizinkan terbang ke sini. Mereka harus melakukan pendaratan manual tanpa bantuan radar, yang mengharuskan mereka mengenal detail lanskap sekitar dengan baik. Sedikit kesalahan saja dapat menyebabkan pendaratan di lokasi yang salah, seperti di atas atap rumah warga.

Dorji menjelaskan bahwa pengetahuan tentang area menjadi kunci utama. "Di Paro, Anda perlu memiliki keahlian dan kompetensi area yang luar biasa. Kami menyebutnya pelatihan kompetensi area atau pelatihan rute," jelasnya.

Tantangan Geografis dan Cuaca

Bhutan, yang terletak di antara China dan India, memiliki lebih dari 97% wilayahnya berupa pegunungan. Thimphu, ibu kota negara, berada di ketinggian 2.350 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini memengaruhi kinerja pesawat karena udara yang lebih tipis di ketinggian tinggi membuat pesawat harus terbang lebih cepat untuk menjaga stabilitas.

Selain itu, cuaca menjadi tantangan lain yang harus dihadapi pilot. Penerbangan ke Paro biasanya dijadwalkan pagi hari untuk menghindari angin termal yang meningkat setelah tengah hari. Tidak ada penerbangan malam karena bandara tidak dilengkapi radar.

Musim hujan, yang berlangsung antara Juni hingga Agustus, menambah kesulitan. Hujan lebat disertai badai petir dan hujan es sebesar bola golf kerap terjadi, sehingga pendaratan menjadi lebih menantang.

Komitmen untuk Meningkatkan Kompetensi Pilot Lokal

Bhutan saat ini hanya memiliki sekitar 50 pilot berlisensi, tetapi negara ini memiliki ambisi besar untuk melatih lebih banyak pilot muda. Dorji, yang kini berusia 43 tahun, juga terlibat dalam pelatihan pilot-pilot baru. Ia melihat dirinya sebagai penghubung antara generasi lama dan generasi baru dalam dunia penerbangan Bhutan.

Calon pilot di Bhutan tidak hanya harus menunjukkan kemampuan teknis, tetapi juga mampu menghadapi variasi musim yang ekstrem di negara ini. Druk Air, sebagai maskapai nasional, mengambil peran besar dalam mempersiapkan pilot-pilot tersebut melalui program pelatihan intensif.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved