Miliarder Muda yang Menggemparkan Dunia Teknologi: Sosok Alexandr Wang Pendiri Scale AI
Tanggal: 17 Apr 2025 09:17 wib.
Forbes baru-baru ini merilis daftar orang terkaya di dunia, dan di antara nama-nama yang ada, terdapat nama Alexandr Wang, seorang miliarder muda yang menarik perhatian banyak orang. Siapakah sebenarnya figure yang satu ini?
Alexandr Wang merupakan pendiri Scale AI, sebuah perusahaan startup yang bergerak di bidang pelabelan data. Proses pelabelan data adalah langkah krusial dalam mengembangkan dan menyusun konten yang dibutuhkan untuk melatih sistem kecerdasan buatan (AI) agar bisa memahami bahasa manusia dengan lebih baik. Para pekerja di Scale AI memiliki tugas yang beragam, mulai dari menulis haiku, merangkum berita, hingga menyusun cerita dalam berbagai bahasa, seperti Xhosa dan Urdu. Semua ini penting untuk memberikan konteks linguistik yang diperlukan oleh chatbot dan teknologi AI lainnya.
Tingginya permintaan akan layanan ini dari berbagai pebisnis yang ingin bersaing di ranah AI membuat pendapatan Scale AI melonjak tiga kali lipat dalam setahun terakhir, sehingga meningkatkan valuasi perusahaan menjadi sekitar US$14 miliar. Berdasarkan laporan Forbes, Wang diperkirakan memiliki sekitar 14% saham di perusahaan tersebut, yang bernilai US$13,8 miliar setelah berhasil mengumpulkan dana sebesar US$1 miliar pada bulan Mei 2024.
Mari kita eksplor lebih dalam mengenai siapa Alexandr Wang ini. Lahir di Los Alamos, New Mexico, putra dari orangtua imigran Tionghoa yang bekerja sebagai ilmuwan di Laboratorium Nasional Los Alamos, Wang sudah akrab dengan fisika dan konsep ilmiah sejak usia kecil. Minatnya untuk menjadi seorang pengusaha muncul saat dia masih di bangku kelas sembilan, ketika Wang dan seorang teman membuat Google Doc berisi ide-ide untuk startup mereka sendiri.
Sebagai remaja, Wang memiliki beragam minat, di antaranya bermain biola dan berpartisipasi dalam kontes matematika serta debat. Dia bahkan lulus dari sekolah menengah satu tahun lebih awal dan sempat bekerja di Silicon Valley, bergabung dengan platform tanya jawab Quora sebagai insinyur. Dalam sebuah tulisan di blognya pada tahun 2016, Wang menceritakan betapa terkejutnya dia dengan kemajuan yang dicapainya setelah bekerja keras di Quora, merasa bahwa dia berevolusi dari sekadar seorang programmer menjadi arsitek sistem dalam waktu yang relatif singkat.
Setelah itu, Wang melanjutkan studi di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di bidang matematika dan ilmu komputer. Di tengah perkuliahannya, Wang mulai mengembangkan Ava, sebuah aplikasi iPhone untuk membantu pengguna membuat janji temu dengan dokter. Namun, sebuah diskusi dengan Eric Wu, CEO Opendoor, mendorongnya untuk memilih jalur kewirausahaan. Wang pun memutuskan untuk meninggalkan MIT demi memulai perusahaan rintisannya.
Dia mengungkapkan dalam blognya, “Saya tahu saya akan menyesal jika tidak mengambil risiko menjadi wirausahawan pada waktu yang tepat.” Di musim panas tahun 2016, Wang mengikutsertakan Ava ke dalam program akselerator startup yang dikelola oleh Y Combinator, yang saat itu dipimpin oleh Sam Altman, kini CEO OpenAI. Sekitar waktu itu, dia bersama co-founder Lucy Guo mengembangkan ide tersebut menjadi Scale AI.
Setelah diluncurkan, Scale AI dengan cepat mendapatkan perhatian dari klien besar seperti Cruise dan Tesla. Perusahaan ini juga memperkenalkan Remotasks, yang menjadi anak perusahaan yang memanfaatkan tenaga kerja internasional untuk melakukan pekerjaan anotasi data. Keberhasilan ini membantu Scale AI menegaskan diri sebagai salah satu perusahaan rintisan ikonik di Silicon Valley, dengan berbagai slogan motivasional, seperti "Why Not Faster" dan "Run Through Walls."
Bisnis yang dijalankan Wang awalnya mencoba beragam jenis data, dari dokumen PDF hingga gambar, tetapi langkah awal ini tidak berhasil menarik minat yang cukup signifikan. Terobosan perusahaan terjadi ketika mereka mulai fokus pada data sensor dan visi komputer, yang kemudian menggiring mereka ke kemitraan penting. Pada tahun 2019, Scale AI mencapai status unicorn, dengan valuasi sebesar US$1 miliar, dan berhasil menandatangani kontrak AI generatif pertamanya dengan OpenAI.
Setahun kemudian, Scale AI menjalin kerja sama dengan militer AS untuk proyek infrastruktur data berbasis AI. Meskipun sempat mengalami tantangan saat Meta membatalkan kontrak senilai US$40 juta pada tahun 2023, yang memaksa perusahaan untuk melakukan pengurangan tenaga kerja hingga 20%, Scale AI mampu bangkit kembali dengan lebih kuat. Minat global terhadap AI generatif memberi angin segar, membantu perusahaan mengamankan kontrak senilai US$120 juta dengan Google untuk mendukung model bahasa terbaru mereka, Gemini.
Dengan tonggak sejarah ini, Scale AI membuka kantor baru di San Francisco dan kini berambisi untuk mencapai valuasi sebesar US$25 miliar melalui penjualan saham sekunder. Pada akhirnya, Wang yang kini berusia muda telah menjadi salah satu miliarder termuda yang berhasil membangun kekayaannya sendiri, dengan total aset mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp33,5 triliun. Ini menjadi bukti bahwa kesuksesan bisa diraih dengan keberanian dan inovasi di dunia teknologi yang terus berkembang.