Mengapa Orang Islandia Jarang Menggunakan Nama Keluarga?
Tanggal: 29 Agu 2025 08:56 wib.
Masyarakat di seluruh dunia lazimnya memiliki nama depan dan nama keluarga yang diwariskan turun-temurun. Ada satu negara yang punya sistem penamaan unik dan berbeda: Islandia. Di sana, sebagian besar penduduk tidak menggunakan nama keluarga dalam pengertian umum. Sebaliknya, mereka menggunakan sistem patronimik atau matronimik yang menciptakan identitas personal berdasarkan nama orang tua. Sistem ini bukan sekadar tradisi, melainkan cerminan dari sejarah, budaya, dan struktur sosial yang unik.
Sistem Patronimik: Mengambil Nama Ayah
Sistem patronimik adalah cara penamaan yang paling umum di Islandia. Cara kerjanya sederhana: anak laki-laki akan mengambil nama depan ayahnya, ditambah akhiran -son (yang berarti "anak laki-laki"). Contohnya, jika seorang pria bernama Jón memiliki anak laki-laki bernama Ólafur, maka nama lengkap anak itu adalah Ólafur Jónsson (Ólafur, anak Jón).
Begitu pula dengan anak perempuan. Mereka akan mengambil nama depan ayahnya, ditambah akhiran -dóttir (yang berarti "anak perempuan"). Jika Jón memiliki anak perempuan bernama Anna, maka namanya menjadi Anna Jónsdóttir (Anna, anak Jón). Nama ini tidak diwariskan ke anak-anaknya kelak. Anna Jónsdóttir, jika nanti memiliki anak perempuan bernama Elín, anaknya akan bernama Elín Jónsdóttir juga, bukan Elín Annasdóttir. Jadi, nama terakhir tidak menjadi nama keluarga yang turun-temurun.
Sistem Matronimik: Fleksibilitas Berdasarkan Nama Ibu
Meskipun patronimik adalah yang paling lazim, sistem matronimik juga digunakan di Islandia. Ini adalah pilihan di mana nama terakhir anak diambil dari nama depan ibu, ditambah akhiran -son atau -dóttir. Seseorang bisa memilih menggunakan nama ibunya sebagai nama terakhir karena berbagai alasan, misalnya ingin menghormati ibunya, atau ayahnya tidak ada dalam kehidupan mereka. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam sistem penamaan mereka.
Contohnya, jika seorang wanita bernama Helga memiliki anak laki-laki bernama Magnús, anak itu bisa dinamai Magnús Helguson. Demikian pula, jika ia memiliki anak perempuan bernama Katrín, ia bisa menamainya Katrín Helgudóttir. Sistem ini menunjukkan bahwa struktur keluarga di Islandia tidak hanya berpusat pada garis keturunan laki-laki.
Perbedaan dengan Nama Keluarga Konvensional
Sistem penamaan Islandia secara fundamental berbeda dari sistem nama keluarga pada umumnya. Di banyak negara, nama keluarga berfungsi sebagai penanda garis keturunan yang sama, seperti keluarga Smith, keluarga Lee, atau keluarga Widodo. Semua anggota keluarga inti (ayah, ibu, anak) berbagi satu nama yang sama.
Di Islandia, hal ini tidak berlaku. Setiap generasi akan memiliki nama belakang yang berbeda, tergantung pada nama depan ayah atau ibu mereka. Seorang ayah dan anak laki-lakinya akan memiliki nama belakang yang berbeda jika nama ayahnya adalah Páll dan nama anak laki-lakinya adalah Jón. Anak itu akan bernama Jón Pálsson, sementara ayah Jón bernama Páll Jónsson (anak dari Jón). Jadi, nama belakang mereka tidak sama. Hal ini juga berarti, dalam sebuah keluarga, setiap anak bisa memiliki nama belakang yang berbeda jika mereka memilih menggunakan nama ibu.
Alasan Historis dan Budaya
Alasan di balik sistem penamaan unik ini berakar pada sejarah dan budaya Islandia. Jauh sebelum penetapan nama keluarga menjadi norma di banyak negara, sistem patronimik dan matronimik telah digunakan secara luas di negara-negara Skandinavia. Meskipun negara-negara seperti Norwegia, Swedia, dan Denmark akhirnya mengadopsi nama keluarga, Islandia tetap mempertahankan tradisi kuno ini.
Salah satu alasannya adalah populasi Islandia yang relatif kecil dan terisolasi. Dengan populasi yang sedikit, tidak ada kebutuhan mendesak untuk sistem penamaan yang rumit. Menggunakan nama ayah atau ibu sudah cukup untuk membedakan satu individu dari yang lain. Selain itu, ada juga faktor kesetaraan gender yang telah lama mengakar dalam budaya mereka. Sistem matronimik yang opsional menunjukkan bahwa peran ibu dalam garis keturunan sama pentingnya dengan peran ayah.
Pemerintah Islandia juga sangat ketat dalam mengatur penamaan untuk menjaga identitas budaya ini. Ada Komite Penamaan Islandia yang mengatur nama-nama baru, memastikan nama tersebut sesuai dengan ejaan dan tradisi bahasa Islandia. Ini menunjukkan komitmen mereka untuk melestarikan keunikan budaya mereka.
Dampak Sosial dan Implikasinya
Sistem penamaan ini memiliki beberapa implikasi sosial yang menarik. Saat mencari seseorang di Islandia, orang tidak akan mencari berdasarkan nama belakang, melainkan nama depan. Direktori telepon dan database publik di Islandia diurutkan berdasarkan nama depan. Hal ini berbeda dari kebanyakan negara yang mengurutkan berdasarkan nama keluarga.
Sistem online dan formulir global sering kali mengharuskan pengisian nama belakang, yang tidak semua orang Islandia miliki. Mereka seringkali harus menggunakan nama patronimik mereka sebagai "nama belakang" untuk mengisi formulir tersebut.
Di dalam negeri, sistem ini mendorong sebuah budaya yang lebih egalitarian. Karena tidak ada nama keluarga yang menandakan status atau asal usul tertentu, setiap individu dilihat dan dinilai berdasarkan jati diri mereka sendiri. Ini sejalan dengan budaya Islandia yang sangat menjunjung tinggi kesetaraan dan individualisme.