Sumber foto: Canva

Mengapa Harga BBM Dunia Bisa Naik Turun Drastis?

Tanggal: 1 Sep 2025 14:05 wib.
Setiap kali mengisi bahan bakar, kita mungkin bertanya-tanya mengapa harganya tidak pernah stabil. Terkadang melonjak tajam, di lain waktu tiba-tiba turun. Fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) yang drastis di pasar global bukan terjadi tanpa alasan. Ini adalah hasil dari interaksi kompleks antara dinamika penawaran dan permintaan, kondisi geopolitik, spekulasi pasar, hingga kebijakan energi dari negara-negara produsen dan konsumen.

Dinamika Penawaran dan Permintaan Global

Faktor paling mendasar yang memengaruhi harga minyak adalah hukum ekonomi klasik: penawaran dan permintaan. Harga akan naik jika permintaan lebih tinggi dari penawaran, dan sebaliknya. Namun, pergerakan penawaran dan permintaan dalam industri minyak sangatlah dinamis dan sensitif terhadap berbagai peristiwa global.

Dari sisi penawaran, produksi minyak sangat bergantung pada negara-negara penghasil utama, terutama anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+). Ketika OPEC+ memutuskan untuk memotong produksi, pasokan minyak di pasar global akan berkurang, yang secara otomatis mendorong harga naik. Sebaliknya, jika mereka meningkatkan produksi, pasokan melimpah dan harga cenderung turun. Perluasan produksi dari negara-negara non-OPEC seperti Amerika Serikat juga memengaruhi penawaran global.

Dari sisi permintaan, ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global. Ketika ekonomi suatu negara tumbuh pesat, aktivitas industri, transportasi, dan konsumsi energi meningkat, yang berarti permintaan terhadap minyak pun ikut naik. Sebaliknya, saat terjadi resesi atau perlambatan ekonomi, permintaan akan menurun, dan harga minyak akan jatuh. Peristiwa global seperti pandemi COVID-19 adalah contoh ekstrem di mana permintaan anjlok drastis, menyebabkan harga minyak sempat ambruk ke level terendah. Selain itu, transisi global menuju energi bersih dan kendaraan listrik juga secara perlahan memengaruhi pola permintaan minyak dalam jangka panjang.

Geopolitik dan Ketidakstabilan Politik

Minyak sering disebut sebagai "komoditas politik". Geopolitik memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan harga. Negara-negara penghasil minyak utama sering kali berada di wilayah yang rentan terhadap konflik atau ketidakstabilan politik, seperti Timur Tengah.

Perang, konflik sipil, atau sanksi ekonomi terhadap negara-negara produsen minyak bisa mengganggu produksi dan jalur distribusi. Contohnya adalah konflik di Timur Tengah atau sanksi terhadap negara-negara seperti Iran dan Venezuela, yang dapat mengurangi pasokan minyak global dan mendorong harga naik. Investor dan spekulan pasar cenderung bereaksi cepat terhadap ketidakpastian politik, yang semakin mempercepat fluktuasi harga. Setiap ketegangan politik baru dianggap sebagai risiko potensial terhadap pasokan, sehingga harga langsung melonjak.

Spekulasi Pasar dan Valuasi Dolar AS

Selain faktor fundamental, spekulasi di pasar komoditas juga punya andil besar. Pedagang dan investor di bursa komoditas berinvestasi pada kontrak berjangka minyak, berharap mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga di masa depan. Pergerakan spekulatif ini dapat menciptakan "gelembung" harga yang tidak selalu mencerminkan kondisi penawaran dan permintaan yang sebenarnya di lapangan. Sentimen pasar, rumor, dan berita dapat memengaruhi keputusan ribuan trader, yang secara kolektif bisa menggerakkan harga secara signifikan.

Selain itu, nilai tukar dolar AS juga berperan penting. Minyak diperdagangkan dalam dolar AS. Ketika nilai dolar AS melemah, minyak menjadi lebih murah bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain. Hal ini dapat meningkatkan permintaan, yang pada akhirnya mendorong harga minyak dalam dolar AS naik. Sebaliknya, saat dolar menguat, minyak menjadi lebih mahal, permintaan cenderung turun, dan harga ikut jatuh.

Kebijakan Pemerintah dan Faktor Lingkungan

Kebijakan energi suatu negara, baik produsen maupun konsumen, juga memengaruhi harga. Pemerintah bisa menetapkan pajak, subsidi, atau aturan lingkungan yang memengaruhi konsumsi dan produksi minyak. Misalnya, kebijakan pajak karbon atau insentif untuk energi terbarukan dapat mengurangi permintaan minyak fosil.

Dari sisi produsen, ada faktor-faktor lain seperti biaya eksplorasi dan ekstraksi yang terus berubah, terutama dengan teknologi baru seperti fracking yang memungkinkan pengeboran di area yang sulit. Bencana alam, seperti badai atau gempa bumi, juga bisa mengganggu operasional kilang dan anjungan lepas pantai, yang langsung memengaruhi pasokan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved